Dark/Light Mode

China Dukung Hong Kong Cabut RUU Ekstradisi

Kamis, 5 September 2019 12:38 WIB
Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam mencabut rancangan undang-undang (RUU) esktradisi yang kontroversial. (Foto Time)
Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam mencabut rancangan undang-undang (RUU) esktradisi yang kontroversial. (Foto Time)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, akhirnya memenuhi tuntutan utama demonstran. Mencabut Rancangan Undang Undang Ekstradisi, kemarin. Menurutnya, China memahami, menghormati dan mendukung langkah tersebut.

Dalam jumpa pers, Lam berulang kali ditanyai mengapa perlu waktu begitu lama untuk mencabut RUU tersebut. Hingga akhirnya unjuk rasa membesar. "Tidak tepat untuk menggambarkan ini sebagai perubahan pikiran," katanya alam jumpa pers Kamis (5/9/2019). 

Dia menambahkan, penarikan penuh RUU ini adalah keputusan yang dibuat pemerintahnya dengan dukungan Beijing.

"Sepanjang seluruh proses, Pemerintah Pusat mengerti mengapa kami harus melakukannya. Mereka menghormati pandangan saya, dan mereka mendukung saya sepenuhnya, ” kata Lam, berpakaian putih dan terlihat lebih tenang dibanding sehari sebelumnya.

Baca juga : Bamsoet Dukung Jokowi Berdaulat Pilih Menteri

Lam mengumumkan pencabutan RUU itu, yang telah menjerumuskan wilayah yang dikuasai China ke dalam krisis politik terburuk dalam beberapa dekade, pada Rabu (4/9/2019). Dia juga mengumumkan langkah-langkah lain termasuk membuka platform untuk berdialog dengan masyarakat untuk mencoba mengatasi masalah ekonomi, sosial dan politik.

"Kita harus menemukan cara untuk mengatasi ketidakpuasan di masyarakat dan mencari solusi," katanya.

Pencabutan RUU itu adalah salah satu dari lima tuntutan demonstran pro-demokrasi, meskipun banyak demonstran dan anggota parlemen mengatakan langkah itu terlalu sedikit, sudah terlambat.

Selain pencabutan RUU ekstradisi, para pengunjuk rasa juga menuntut pemerintah untuk membentuk komisi penyelidikan untuk menginvestigasi tindakan polisi dalam menangani aksi protes, memberikan amnesti kepada mereka yang ditangkap. Para demonstran juga menuntut pemerintah untuk berhenti menyebut aksi protes sebagai kerusuhan dan memulai kembali proses reformasi politik yang terhenti di kota itu.

Baca juga : Dewan Negara China Serukan Integrasi Shenzhen, Hong Kong dan Makau

Surat Kabar pemerintah China Daily mengatakan, setelah pencabutan RUU tersebut para demonstran tidak memiliki alasan untuk melanjutkan unjuk rasa.

Sebelumnya pada 24 Agustus lalu, sekitar 19 pemimpin senior kota dan politisi berkumpul di kediaman Lam untuk bertukar pikiran tentang cara menjalin dialog dengan demonstran. "Kepala eksekutif mulai berubah pikiran setelah bertemu dengan 19 pemimpin kota dua pekan lalu. Dia memperhatikan pandangan mereka tentang bagaimana mengurangi ketegangan," ujar sumber Reuters.

Ketua kelompok politik Third Side dan salah satu yang ikut dalam pertemuan pada 24 Agustus lalu, Tik Chi-yuen mengatakan, penarikan RUU tersebut dan peluncuran penyelidikan independen merupakan cara praktis bagi pemerintah Hong Kong menunjukkan ketulusan untuk terlibat dalam dialog dengan berbagai sektor.

China membantah ikut campur dalam urusan Hong Kong dan menuduh negara-negara Barat memicu protes. Gambar-gambar dari beberapa bentrokan paling sengit telah dipancarkan langsung di layar televisi di seluruh dunia, mengirimkan kegelisahan di komunitas bisnis internasional dan menyebabkan penurunan besar dalam pariwisata. Pemerintah Hong Kong mengeluarkan iklan satu halaman penuh di Australian Financial Review pada hari Kamis dengan mengatakan pihaknya bertekad untuk mencapai resolusi yang damai, rasional dan masuk akal dan secara tegas berkomitmen untuk "satu negara, dua sistem".

Baca juga : Pagi Ini, Bandara Hong Kong Kembali Dibuka

Iklan itu ditutup dengan mengatakan: "Kami tidak akan ragu bangkit kembali. Kami selalu melakukannya."

Lebih dari 1.100 orang telah ditangkap sejak unjuk rasa berbuntut kekerasan pada Juni, dan Hong Kong menghadapi resesi pertamanya dalam satu dekade. China mengecam keras kekerasan itu dan memperingatkan dapat menggunakan kekuatan militet untuk memulihkan ketertiban. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.