Dark/Light Mode

Pemikiran Politik Islam Imam Khomeini dan Relevensinya Dengan Politik Kontemporer

Sabtu, 10 Juni 2023 07:07 WIB
Mendiang pendiri Revolusi Islam Ayatollah Ruhollah Khomeini memberi hormat kepada para pengikutnya di ibu kota Iran, Teheran, pada 26 September 1980. (Stig Nillson/AFP)
Mendiang pendiri Revolusi Islam Ayatollah Ruhollah Khomeini memberi hormat kepada para pengikutnya di ibu kota Iran, Teheran, pada 26 September 1980. (Stig Nillson/AFP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tulisan ini bertujuan menambah wawasan tentang Pemikiran Politik Islam Imam Khomeini dan relevansinya dengan politik kontemporer.

Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka Haul Imam Khomeini ke-34 dan disusun oleh Itra Juasari, Anton Irwani, Ilhan Julinsyah (Mahasiswa Prodi Politik Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang)

 

Latar Belakang

Baca juga : Memperhatikan Hak Sosial-Budaya Non-Muslim

Pada tahun 1979, dunia terguncang oleh sebuah revolusi yang digerakkan oleh seorang ulama. Dialah Ayatullah al-Uzma Ruhullah al-Musawi al-Khomeini, yang lebih dikenal dengan nama Imam Khomeini.

Khomeini adalah tokoh sentral dalam Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, yang mengubah secara fundamental tatanan politik, ekonomi, dan budaya di Iran dan juga ditingkat regional dan internasional.Khomeini berhasil menumbangkan rezim Syah Iran yang begitu kuat. Padahal Syah Iran saat itu didukung oleh Amerika, Israel, dan negara-negara Eropa.

Revolusi Islam Iran memiliki pengaruh yang sangat besar pada seluruh dunia. Di dunia Barat, revolusi itu dianggap sebagai awal mula kebangkitan Islam yang dikhawatirkan akan sangat berpengaruh pada negara-negara lain yang merupakan jajahan mereka. Amerika berusaha membujuk Iran dengan memberikan senjata-senjata modern agar mereka mau bekerjasama kembali dengan mereka, tetapi usaha ini sia-sia. Karena semangat rakyat Iran untuk menghilangkan ketergantungan pada dunia Barat sangat besar.

Di wilayah dunia Islam, revolusi Islam Iran memberikan inspirasi bagi negara-negara Islam yang tertindas untuk melakukan gerakan-gerakan oposisi melawan rezim yang berkuasa. Di antara negara-negara Islam tersebut adalah Irak, Lebanon, dan Palestina.

Baca juga : Idamkan Politik Islam Berkeadaban, PPP Ngaji Pemikiran Al Ghazali

Tetapi bagi penguasa-penguasa muslim yang tidak ingin kekuasaannya hancur, revolusi Islam Iran merupakan peristiwa yang membawa kekhawatiran tersendiri bagi mereka. Karena itu setelah peristiwa revolusi tersebut Iran menjadi terisolasi di Timur Tengah.

Pemikiran politik Imam Khomeini menekankan pentingnya penerapan hukum- hukum Islam dan pemerintahan berdasarkan ajaran agama. Ia mengembangkan konsep “Wilayatul Faqih” yang memberikan otoritas politik tertinggi kepada seorang pemimpin agama yang berkompeten secara ilmu agama.

Imam Khomeini memegang jabatan Rahbar (pemimpin tertinggi) dalam sistem politik Iran pasca-revolusi, dan dia memainkan peran penting dalam membangun struktur pemerintahan baru yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.

Dalam kepemimpinannya, Imam Khomeini juga menghadapi tantangan dan konflik baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional. Dia berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan Iran dan menentang campur tangan asing dalam urusan negaranya. Pemikiran dan tindakan Imam Khomeini memiliki dampak yang signifikan di Iran dan juga di tingkat regional dan global.

Baca juga : Lestari Ingatkan Stabilitas Nasional Topang Pertumbuhan Ekonomi

Imam Khomeini meninggal pada tahun 1989, tetapi warisan dan pemikirannya tetap mempengaruhi arah politik dan sosial Iran. Ia dihormati oleh pengikutnya sebagai pemimpin spiritual dan tokoh revolusioner yang memimpin perubahan politik dan sosial yang besar di negara tersebut.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.