Dark/Light Mode

Dicecar Soal Diskriminasi Agama Dan Kebebasan Berekspresi, PM India Jago Ngeles

Sabtu, 24 Juni 2023 06:24 WIB
Presiden AS Joe Biden dan PM India Narendra Modi bersulang saat makan malam kenegaraan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, 22 Juni 2023. (Foto Reuters/Elizabeth Frantz)
Presiden AS Joe Biden dan PM India Narendra Modi bersulang saat makan malam kenegaraan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, 22 Juni 2023. (Foto Reuters/Elizabeth Frantz)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi membantah adanya diskriminasi agama hingga pembatasan kebebasan berekspresi bagi jurnalis di bawah pemerintahannya.

Hal itu ia sampaikan dalam jumpa pers di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat (AS), Kamis (22/6). Dalam kunjungan kenegaraannya itu, Modi dan Presiden AS Joe Biden memberi kesempatan jurnalis bertanya dalam sesi tanya jawab selama 30 menit di Gedung Putih.

Di kesempatan tersebut, jurnalis mengangkat isu diskriminasi yang dialami penduduk minoritas, seperti Muslim. Mereka juga mempertanyakan kebebasan berekspresi bagi para jurnalis di Negeri Gangga itu.

Menanggapi pertanyaan tersebut, PM Modi membantah habis-habisan. Dia ngeles dan menyebut bahwa pemerintahannya sangat menjunjung tinggi demokrasi dan kebebasan berekspresi.

“Konstitusi dan Pemerintah kami memerintahkan memperlakukan setiap rakyat dengan sama. Tidak ada pembedaan kasta, kepercayaan, agama. Tidak ada ruang diskriminasi di India,” jawab Modi luwes, dikutip Reuters, kemarin.

Ini merupakan sesi tanya jawab pertama Modi di AS. Sebelumnya, Modi selalu menghindari sesi tanya jawab dengan jurnalis. Di India, Modi bahkan selalu menolak menjawab pertanyaan jurnalis.

Baca juga : Diejek Biden Diktator, Xi Jinping Dibela PM Selandia Baru

Berdasarkan Indeks Kebebasan Jurnalistik Dunia, posisi India dalam kebebasan pers turun dari 140 pada 2016 ke posisi 161 pada 2023. India bahkan tercatat sebagai negara dengan kasus pemutusan jaringan internet tersering dalam lima tahun terakhir.

Badan PBB yang mengurusi isu Hak Asasi Manusia (HAM) menggambarkan, sejak 2019, kebijakan kewarganegaraan di India sangat diskriminatif di segala aspek kehidupan, terutama kepada migran Muslim.

Ditanya langkah apa yang ingin dia ambil untuk meningkatkan hak-hak Muslim dan minoritas lainnya di India, Modi menggelengkan kepalanya.

“Tidak ada yang perlu diperbaiki. Semua hak warga dan kebebasan berekspresi sangat terjamin,” tegas Modi.

Menanggapi cercaan media pada tamunya, Biden pun menambahkan bahwa dia dan Modi sudah membahas isu HAM dan nilai-nilai demokrasi.

“Semuanya berjalan baik. Tidak perlu dibesar-besarkan,” timpal Biden.

Pentingya India Bagi China

Baca juga : Gelar RUPS, Pertamina Tetapkan Jajaran Direksi Baru, Ini Daftarnya

Para analis politik menilai, pentingnya India bagi AS untuk melawan China. Washington juga melihat India sebagai mitra penting.

Biden menggelar karpet merah untuk Modi dalam kunjungannya, Kamis itu. Sementara, Modi berusaha meningkatkan pengaruh India, negara terpadat di dunia dengan 1,4 miliar penduduk, di panggung dunia, setelah hubungan yang tegang dengan, China.

Hanya dua wanita Muslim anggota Kongres AS, Ilhan Omar dan Rashida Tlaib dan beberapa anggota parlemen progresif lainnya seperti Alexandria Ocasio-Cortez, yang memboikot pidato Modi di Kongres, Kamis lalu. Mereka menilai, India era Modi bertindak semena-mena pada kelompok minoritas. Terutama Muslim.

“Kebijakan Modi yang sangat kental dengan Hindu membuat kegiatan beragama lain menjadi sulit di India,” ujar Senator Bernie Sanders dikutip Reuters, kemarin.

Mantan Presiden AS Barack Obama bahkan ikut angkat suara mengenai diskriminasi beragama di India.

“Perlindungan agama minoritas sangat penting. Jika anda tidak melindungi etnis dan agama minoritas, jelas India sudah mulai terpecah belah,” ujar Obama kepada CNN, Kamis (22/6).

Baca juga : BPIP Dorong Keamanan Dan Kenyamanan Transportasi Warga DKI Jakarta

Dalam laporan tentang HAM dan kebebasan beragama, Departemen Luar Negeri AS menyuarakan keprihatinan atas perlakuan terhadap Muslim, Hindu Dalit, Kristen, dan agama minoritas lainnya di India, juga mencantumkan tindakan keras terhadap jurnalis.

Sebagai bentuk protes atas diskriminasi tersebut, para aktivis HAM mengangkat masalah ini secara terbuka dengan Modi. Puluhan pengunjuk rasa berkumpul di dekat Gedung Putih, Kamis siang (22/6).

“Modi harus berpikir mengapa itu menjadi pertanyaan pertama yang diajukan kepadanya dalam konferensi pers. Sudah jelas bagi semua orang bahwa ada pelanggaran HAM di India,” ujar salah satu tim advokasi di Dewan Muslim Amerika India, Ajit Sahi, yang ikut melakukan unjuk rasa di depan Gedung Putih.

“Komentar Modi (soal tidak adanya diskriminasi agama di India) adalah kebohongan besar. India adalah pusat bagi diskriminasi agama,” sebut pendiri Hindutva Watch, Raqib Hameed Naik, yang juga ikut dalam demonstrasi. ■ 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.