Dark/Light Mode

Neurologi di Era DEWs dan iPSCs: Inovasi Kedokteran atau Senjata Rahasia?

Minggu, 20 Agustus 2023 11:40 WIB
Efatha Filoemno (Foto: Dok. Penulis)
Efatha Filoemno (Foto: Dok. Penulis)

Kemutakhiran konvergensi neurologi dan teknologi di era yang ditandai dengan kecanggihan imajinasi manusia, saat ini sadar atau tidak sadar sudah ada perpaduan antara ilmu neurologi dan biologi seluler yang memberikan landasan terbang untuk terobosan yang inovatif. Bahkan, beberapa di antaranya menawarkan sebuah harapan besar namun di balik itu juga ada dilema etika manusia. Eksplorasi dalam tulisan ini akan membahas tantangan-tantangan besar dan peluang-peluang mendalam yang ditawarkan oleh Directed Energy Weapons (DEWs) dan Pluripotent Stem Cells (iPSCs).

Memperkenalkan Directed Energy Weapons (DEWs)

Baca juga : Perlu Strategi Dan Kolaborasi Tekan Produksi Sampah Makanan

Directed Energy Weapons (DEWs) adalah senjata canggih yang memanfaatkan energi terarah—seperti laser, gelombang radio, atau microwave—sebagai proyektil utama. Dibandingkan dengan senjata konvensional yang mengandalkan peluru atau bahan peledak, DEWs menawarkan presisi dan kecepatan yang superior, dengan kemampuan untuk menargetkan sasaran pada jarak jauh dalam kecepatan cahaya. Meski demikian, potensi dampak buruk DEWs, khususnya terkait kesehatan dan potensi penyalahgunaannya, tentunya ini memerlukan perhatian khusus.

Menyingkap Induced Pluripotent Stem Cells (iPSCs)

Baca juga : Angkasa Pura l Layani 51 Persen Keberangkatan Jemaah Haji

Induced Pluripotent Stem Cells (iPSCs) merupakan jenis sel batang yang diperoleh melalui proses reprograming sel-sel somatik misalnya sel kulit atau darah yang akhirnya kembali menjadi sel dengan kemampuan pluripotent. Kemampuan pluripotent ini berarti bahwa sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi beragam jenis sel lainnya dalam tubuh manusia. Kemajuan dalam penelitian iPSCs telah memberikan harapan baru dalam bidang regenerasi jaringan dan pengobatan berbagai penyakit degeneratif. Menariknya, bahwa dibalik potensi besar tersebut, terdapat pula berbagai tantangan, termasuk isu etika serta potensi risiko kanker genetik dari sel-sel tersebut.

Sepak Terjang Senjata Neuro DEWs

Dalam sebuah investigasi dalam dunia esoterik terdapat sebuah penelitian yang menyoroti dimensi esoterik dari DEWs, ditandai dengan insiden seperti peristiwa di Havana yang melibatkan diplomat AS pada tahun 2017 (National Defense, 2017). Akibat peristiwa ini banyak yang pada akhirnya mulai menggali kejanggalan tersebut dan hal ini telah mendapat perhatian yang luas. Apa yang sesungguhnya terjadi dari insiden tersebut, terdapat laporan bahwa beberapa korban mengalami serangkaian gejala termasuk gangguan pendengaran, vertigo, dan ketidaksesuaian kognitif, hal ini tentu malah menjadi pertanyaan di kalangan pakar mengenai kemungkinan penggunaan senjata neurologis yang tersembunyi (Hoffer et al., 2017).

Dr. James Giordano, seorang pakar di bidang neuroetika, menyampaikan bahwa terdapat sebuah integrasi metode maju, yang mencakup pendekatan ilmu kimia dan ilmu energi yang terarah, fenomena ini dianggap sebagai faktor penyebabnya (Giordano, 2014). Giordano juga mengatakan bahwa gejala medis tersebut terjadi di luar aspek kesehatan tubuh individu, apabila memang benar seperti itu maka, perkembangan jenis senjata seperti ini akan perhatian serius dalam konteks hubungan internasional dan stabilitas keamanan global.

iPSCs dalam Dunia Medis

Dunia kedokteran saat ini tengah mengalami era transformasi seluler yang signifikan, khususnya di bidang kedokteran regeneratif. Di tengah evolusi ini, teknik rekayasa sel punca menonjol sebagai dasar utama pengembangan terapi inovatif. Dari berbagai jenis sel punca, iPSCs (sel punca pluripoten yang dapat diprogram ulang) muncul sebagai inovasi yang paling menjanjikan, mengubah paradigma dalam pendekatan terapeutik. Akan tetapi, tantangan muncul dengan adanya memori epigenetik yang tertanam dalam iPSCs. Mengatasi hambatan tersebut, metode terbaru bernama pengobatan transient-naive-treatment  yang dikembangkan oleh Lister dan Polo (2023) memberikan solusi yang menjanjikan.

Melalui metode ini, ada upaya untuk meniru proses pemrograman ulang sel embrio, dengan tujuan untuk mengembalikan sel-sel ke kondisi asalnya. Lebih lanjut, teknik ini diharapkan dapat menjadi jembatan antara iPSCs dan sel punca embriogenik, meningkatkan potensi terapeutik mereka, khususnya dalam mengatasi masalah trauma hebat dan depresi tingkat tinggi melalui penghapusan memori-memori tertentu di otak pasien.

Dampak Paparan DEWs pada Sistem Neurologis

Menjadi sebuah pertanyaan lanjutan bahwa apa sesungguhnya yang tejadi apabila terpapar? Menariknya bahwa memang awalnya DEWs tidak tampak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi efek jangka panjang pada sistem neurologis tetap menjadi perhatian serius. Banyak korban melaporkan berbagai kelainan, mulai dari gangguan kognitif, masalah pada sistem motorik, hingga ketidaknormalan pada indera. Penelitian yang dilakukan oleh Smith et al. (2022) telah mendokumentasikan kelainan-kelainan tersebut.

Lebih lanjut, ada indikasi dari penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa DEWs mungkin memiliki potensi untuk merusak dan mampu menjadi penghalang antara darah dan otak. Kerusakan ini dapat meningkatkan risiko keracunan otak oleh zat-zat berbahaya, seperti yang dijelaskan dalam penelitian oleh Morris (2021).

Peran Penting Epigenetik dalam Pembentukan Sel Punca

Dalam biologi, epigenom berfungsi sebagai pengatur utama dalam proses transformasi sel punca. Diferensiasi adalah langkah dimana sel-sel yang belum memiliki fungsi khusus berubah menjadi sel dengan fungsi tertentu. Agar sel punca dapat bertransformasi dengan efektif, sejumlah elemen epigenetik, seperti perubahan pada protein histon, pola metilasi DNA, dan aktivitas RNA non-koding, harus bekerja bersama dalam sebuah sistem yang terkoordinasi dengan baik, serupa dengan sebuah tarian yang kompleks (Chen & Daley, 2022). Penelitian terkini menggarisbawahi betapa krusialnya menyediakan lingkungan epigenetik yang optimal bagi iPSCs. Kesempurnaan lingkungan ini akan menentukan kesuksesan dan ketahanan sel-sel yang telah ditransplantasikan ke dalam tubuh (Ramirez & Turner, 2023).

Keseimbangan Inovasi dan Etika dalam Era Modern

Dalam era dimana inovasi teknologi berkembang dengan kecepatan yang luar biasa mengejutkan, banyak pertimbangan etika yang muncul sebagai konsekuensinya. Sebagai contoh, kemungkinan pemanfaatan DEWs, yang awalnya dirancang untuk tujuan pertahanan, untuk pengendalian massa atau kerumunan, telah mencapai tingkatan yang malah menimbulkan perdebatan serius mengenai hak asasi manusia dan kebebasan sipil (Johnson & Lee, 2019).

Sementara itu, di bidang biomedis yang terus berkembang, ada kekhawatiran mendalam mengenai bagaimana informasi genetik seseorang yang harusnya sangat dijaga kerahasiaannya, selanjutnya ialah bagaimana prosedur pemberian persetujuan setelah mendapatkan informasi yang memadai dilakukan, dan apakah materi biologis manusia itu harus atau tidak boleh dikomersilkan (Silverstein & Kumar, 2021). Keduanya menegaskan bahwa seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan akan refleksi etika yang mendalam dan pertimbangan hati-hati terhadap dampak sosial dari inovasi tersebut menjadi semakin mendesak.

Refleksi Akhir: Menimbang Kemajuan, Tanggung Jawab, dan Implikasi Bagi Indonesia

Dari perspektif hukum dan politik, kemajuan ini menimbulkan sejumlah pertanyaan besar: Bagaimana negara-negara, termasuk Indonesia, akan merespons dan mengatur penggunaan teknologi semacam ini? Apa dampaknya terhadap hak asasi manusia, privasi, dan keamanan nasional?

Khusus untuk Indonesia, dalam era teknologi maju, keputusan bijak terhadap inovasi seperti DEWs dan iPSCs menjadi sangat esensial. Mereka simbol kemajuan sekaligus tuntutan refleksi etis. Kita harus mempertimbangkan dampak jangka panjangnya, memerlukan regulasi yang tepat, kerjasama global, dan introspeksi etis di Indonesia. Tujuannya, menerapkan inovasi demi kebaikan bersama tanpa mengabaikan nilai-nilai dasar kita. 

Efatha Filomeno Borromeu Duarte
Efatha Filomeno Borromeu Duarte
Dosen Prodi Ilmu Politik Universitas Udayana dan Founder Malleum Iustitiae Institute

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.