Dark/Light Mode

5.182 Warga Palestina Meregang Nyawa

Sudah Ngungsi, Tetap Dibom Tentara Israel

Rabu, 25 Oktober 2023 05:09 WIB
Para pengungsi, termasuk anak-anak Palestina mengantre makanan di sebuah sekolah yang dikelola PBB di Rafah, Jalur Gaza, Senin  23/10/2023. (Foto Mohammed Abed/AFP/Getty Images)
Para pengungsi, termasuk anak-anak Palestina mengantre makanan di sebuah sekolah yang dikelola PBB di Rafah, Jalur Gaza, Senin 23/10/2023. (Foto Mohammed Abed/AFP/Getty Images)

RM.id  Rakyat Merdeka - Entah imbauan Israel mana lagi yang harus dipercaya. Ketika Israel meminta warga Palestina mengungsi ke Selatan agar lebih aman, bahkan para pengungsi itu juga terbunuh.

Data medis terbaru yang dilaporkan menunjukkan, 5.182 warga tewas dalam agresi pendudukan Israel sejak 7 Oktober lalu. Data ini baik warga Palestina di Jalur Gaza maupun di Tepi Barat.

Sebanyak 5.087 korban tewas di Jalur Gaza terdiri dari 2.055 anak, 1.119 perempuan, dan 217 lansia. Sementara 95 korban meninggal dunia di Tepi Barat. Pihak medis juga melaporkan, sebanyak 15.273 orang terluka dalam perang Israel-Hamas.

Pada Senin pagi (23/10/2023), pasukan Israel menembak mati dua warga Palestina di Tepi Barat. Mereka adalah Mahmoud Saif Nakhleh dan Muhammad Illyan di kamp pengungsi Jala-zone, Ramallah.

Cerita pilu juga dibagikan Dima Al-Lamdani. Berharap bisa selamat, ia dan keluarganya mengungsi. Namun tetap saja, 13 keluarganya tidak selamat dari serangan pasukan Israel yang membabi buta.

Baca juga : Para Atletik Dan Renang Sumbang Emas Di Asian Para Games Hangzhou

Saat diwawancarai Reuters, remaja Palestina berusia 18 tahun itu mengatakan, 13 anggota keluarganya tewas dalam serangan udara, meski mengikuti peringatan Israel untuk pindah ke selatan demi keselamatan mereka.

Dima mengatakan, keluarga dekatnya dan pamannya melakukan perjalanan ke selatan dari kamp pengungsi di Gaza City dengan dua mobil. Mereka berhenti di tempat penampungan sementara di Khan Younis. Khan Younis adalah sebuah kota di barat daya Gaza, dekat perbatasan dengan Mesir. Namun beberapa hari kemudian, dia harus mengidentifikasi jenazah para kerabatnya itu di kamar mayat darurat di kota tersebut.

Pukul 4.30 pagi, dia bangun dan duduk bersama bibinya sambil minum kopi. Tiba-tiba dia terbangun di tengah reruntuhan. Hanya saudara laki-lakinya dan dua sepupu mudanya yang selamat dari ledakan tersebut. Dima mengatakan, ini adalah mimpi buruk yang mungkin tidak akan pernah terhapus di ingatannya.

“Saya punya saudara perempuan berusia 16 tahun. Mereka menulis nama saya di kain putih tempat mereka membungkus tubuhnya. Mereka mengira itu saya.”

Dima mengatakan, Israel menyuruh mereka melakukan evakuasi, tapi mereka malah membom keluarganya. Dengan alasan ‘Hamas telah mengakar di kalangan penduduk sipil’, Israel telah mengorbankan kemanusiaan.

Baca juga : Dirjen Imigrasi Pastikan Mentan SYL Sudah Tiba Di Bandara Soetta

Ketakutan yang tidak beralasan Israel, telah membuat mereka membantai warga sipil secara membabi buta. Tidak peduli itu melanggar hukum internasional.

Sebelumnya, militer Israel atau Israel Defence Forces (IDF) telah mendorong penduduk Jalur Gaza utara untuk pindah ke selatan dan tidak tinggal di sekitar target mereka, Hamas, di Gaza City. Namun para pengungsi ternyata tetap menjadi target Israel.

Juru Bicara IDF, Daniel Hagari, dilansir Reuters, menjelaskan, serangan itu dilakukan untuk melemahkan kemampuan Hamas.

“Pada akhirnya, Hamas telah mengakar di kalangan penduduk sipil di seluruh Jalur Gaza. Jadi, di mana pun Hamas menjadi target,” alasannya.

IDF membenarkan penggerebekan yang dilakukan di Jalur Gaza. Meskipun belum ada invasi darat resmi, IDF telah mengonfirmasi bahwa tim penyerang kecil telah beroperasi di Jalur Gaza. IDF melancarkan serangan malam hari yang terbatas. Hagari mengatakan, pasukan lapis baja dan infanteri telah dikerahkan untuk membunuh sel-sel Hamas yang sedang mempersiapkan tahap perang berikutnya.

Baca juga : Kejagung Tetapkan Tiga Tersangka Baru

Operasi tersebut juga difokuskan untuk mengumpulkan lebih banyak informasi mengenai 222 sandera yang masih ditahan Hamas, yang sebagian besar adalah warga negara Israel.

Tidak Ada Gencatan Senjata

Seorang pejabat senior Israel mengumumkan, tidak akan ada gencatan senjata di Gaza, bahkan ketika negara-negara sekutunya bersatu untuk membebaskan ratusan sandera yang terjebak di wilayah yang dikepung. Israel secara terbuka menempatkan pemberantasan Hamas di urutan teratas daftar prioritasnya. Seiring dengan banyaknya seruan dari lembaga-lembaga kemanusiaan yang berupaya menghentikan kekerasan tersebut.

Saat berbicara di CNN, pejabat tersebut mengatakan mereka “tidak mengetahui” seruan AS untuk menunda operasi darat Israel di Gaza, yang telah menjadi spekulasi selama lebih dari seminggu.

“Upaya kemanusiaan tidak boleh dibiarkan berdampak pada misi membubarkan Hamas,” kata pejabat itu.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.