Dark/Light Mode

Utang Ratusan Triliun

Gempur Gaza, Israel Buntung

Jumat, 17 November 2023 08:24 WIB
Serangan Israel ke Gaza pada 9 November 2023. (Foto: Mohammed Saber/EPA-EFE)
Serangan Israel ke Gaza pada 9 November 2023. (Foto: Mohammed Saber/EPA-EFE)

RM.id  Rakyat Merdeka - Aksi keji Israel yang terus menerus menggempur Gaza, harus dibayar mahal. Israel harus utang hingga ratusan triliun buat modal perang.

Kantor berita Bloomberg News sempat mencatat biaya operasional tentara Israel untuk menggempur Palestina. Dalam sehari, Israel harus merogoh kocek sebesar 260 juta dolar Amerika Serikat atau senilai Rp 4 triliun.

Nilai tersebut digelontorkan otoritas Israel untuk membiayai seluruh operasional. Mulai dari keberlangsungan hidup prajurit, hingga pengadaan dan peluncuran alat perang seperti bom, rudal, dan pesawat tempur.

Nominal tersebut juga termasuk biaya kompensasi kepada keluarga korban dan bisnis dekat perbatasan, hingga sandera yang disandera oleh Hamas.

Sementara, kondisi keuangan Israel tak bisa menutup biaya yang harus dikeluarkan. Untuk menutupinya, negara Zionis itu terpaksa berhutang.

Baru-baru ini, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Israel mengumumkan utang Israel telah mencapai 30 miliar shekel atau Rp 123 triliun. Utang tersebut dilakukan Israel sejak dimulainya perang dengan Hamas.

Lebih dari setengahnya atau 16 miliar shekel merupakan utang dalam mata uang dolar AS melalui penerbitan di pasar internasional. Kemudian pada Senin (13/11), Kemenkeu Israel kembali menarik utang 3,7 miliar shekel atau Rp 15,2 triliun melalui lelang obligasi mingguannya di pasar lokal.

Baca juga : Aliansi Mahasiswa Jawa Timur Gelar Mimbar Bebas, Ini Tuntutannya

"Kemampuan pendanaan negara Israel memungkinkan pemerintah untuk membiayai seluruh kebutuhannya secara penuh dan optimal," kata Divisi Akuntan Jenderal Kementerian Israel dikutip dari Reuters, Kamis (16/11/2023).

Awal mula peperangan di Oktober, Israel mengalami defisit anggaran 22,9 miliar shekel. Jumlah ini melonjak dari bulan sebelumnya, sebanyak 4,6 miliar dolar AS sekaligus meningkatkan defisit pada tahun sebelumnya menjadi 2,6 persen. 

Meski demikian, Kemenkeu Israel terus berkomitmen untuk mendanai operasional Pemerintah. Terutama kebutuhan yang timbul akibat perang dan bantuan ekonomi ke warga lokal.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan menyediakan kebijakan untuk membantu mereka yang terkena dampak perang. Para ekonom meyakini kebijakan tersebut akan meningkatkan defisit dan rasio utang terhadap PDB secara tajam hingga 2024.

Sementara itu, aksi kekejaman Israel terhadap warga Palestina di Gaza hingga kini belum juga berhenti. Meskipun sudah mendapat kecaman dari dunia internasional, Israel makin membabi buta. Pada Selasa dini hari, pasukan Israel bersenjata lengkap menyerbu rumah sakit terbesar di Gaza, AI-Shifa. Korban pun berjatuhan.

RS Al Shifa adalah simbol penderitaan warga Gaza. Di tempat inilah ratusan warga yang terluka akibat serangan Israel yang dilancarkan sejak 7 Oktober lalu, menjalani perawatan. Di tempat ini juga, bayi-bayi yang baru lahir termasuk yang prematur, menjalani perawatan intensif.  

Kondisi RS Al Syifa hampir sama dengan kebanyakan rumah sakit di Gaza. Sumber daya terbatas, obat-obatan berkurang, diperparah dengan pasokan listrik yang menipis. Akibatnya banyak dokter yang tak bisa memberikan pelayanan sesuai prosedur medis. Dokter pun disebut melakukan operasi atau pembersihan tanpa obat bius dan oksigen.

Baca juga : 3 WNI Yang Bertahan Di Gaza Tak Bisa Di Kontak

Meski kondisinya memprihatinkan, Israel tampaknya tak peduli. Malah negara zionis itu menuduh RS Al Syifa telah dijadikan pusat komando dan operasional oleh pejuang Hamas. Intelijen Amerika Serikat ikut mendukung tuduhan tersebut.

Padahal tak ada bukti mengenai keberadaan markas Hamas tersebut.  Pihak rumah sakit pun sudah membantah tuduhan tersebut dan menyebut Israel mengada-ada.

Mengutip dari Middle East Eye, pada Selasa dini hari, pasukan militer Israel menyerbu RS Al Syifa. Pasokan listrik dan komunikasi dimatikan, setelah itu tentara Israel memasuki gedung rumah sakit. Dokter dan perawat diintrogasi.

Di bagian luar, tank, helikopter dan penembak jitu ikut mengepung bersiap menembak siapa pun yang keluar dari RS tersebut. Akibat serangan itu, banyak pasien yang tewas termasuk bayi-bayi yang lahir prematur.

Dokter terpaksa meletakkan jenazah di halaman rumah sakit agar tak membusuk, karena ruang tempat penyimpanan jenazah tak berfungsi. Para dokter, perawat dan tenaga medis dilaporkan masih berada di rumah sakit karena tak punya pilihan lain.

Saksi mata menyebut pemandangan di fasilitas medis terbesar di Gaza itu bak kiamat. Tampak para korban tertutup kain putih berjejer di jalanan.

Direktur Kompleks Medis Al-Shifa mengatakan kepada kantor berita AP bahwa setidaknya 179 jenazah dikuburkan di kuburan massal di lokasi rumah sakit pada Selasa. Di antara mereka ada 7 bayi prematur yang meninggal akibat penyakit tersebut dan pemadaman listrik.

Baca juga : Nilai Kepahlawanan Ratu Kalinyamat Dorong Perempuan Indonesia Bangkit

Di sisi lain, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengundurkan diri. Di kepemimpinan Netanyahu, ucap Yair, tata pemerintahan Palestina berantakan.

"Netanyahu harus pergi sekarang selama pertempuran,” pinta Lapid kepada Channel 12 Israel.

“Pemerintah ini tidak berfungsi. Kita perlu perubahan. Netanyahu tidak bisa terus menjadi perdana menteri. Kita tidak bisa membiarkan diri kita melakukan kampanye berkepanjangan dengan perdana menteri yang tidak dipercaya oleh masyarakat,” pungkas dia.

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka edisi Jumat (17/11), dengan judul “Utang Ratusan Triliun: Gempur Gaza, Israel Buntung”.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.