Dark/Light Mode

COP28 Cari Jalan Selamatkan Bumi

AS-Jepang Dituding Pelit Kasih Saweran

Sabtu, 2 Desember 2023 07:06 WIB
Presiden COP28 Sultan Ahmed Al Jaber (kanan) di samping Menteri Luar Negeri Mesir dan Presiden COP27 Sameh Shoukry saat pembukaan COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Kamis, 30 November 2023. (Foto Amr Alfiky/Reuters)
Presiden COP28 Sultan Ahmed Al Jaber (kanan) di samping Menteri Luar Negeri Mesir dan Presiden COP27 Sameh Shoukry saat pembukaan COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Kamis, 30 November 2023. (Foto Amr Alfiky/Reuters)

RM.id  Rakyat Merdeka - Conference Of the Parties (COP) ke 28 telah dimulai. Topik pendanaan menjadi bahasan hangat, gara-gara Amerika Serikat (AS) dan Jepang dinilai pelit saweran atau menyumbang.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) iklim PBB atau yang disebut COP28 resmi dimulai Kamis (30/11/2023) di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Seluruh delegasi dari 198 negara anggota yang hadir akan mengadopsi skema pendanaan baru untuk membantu negara-negara rentan mengatasi krisis perubahan iklim.

Di tengah diskusi mengenai upaya memotong emisi karbon dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil, ada topik yang tidak kalah seru. Amerika Serikat (AS) dan Jepang dikritik beberapa delegasi, karena jumlah sumbangannya lebih sedikit dari negara lain. Padahal, kedua sekutu ini merupakan negara dengan perekonomian terkuat di dunia.

Kesepakatan jumlah sumbangan itu diumumkan usai upacara pembukaan COP28 di Dubai. Jumlah saweran sudah didiskusikan setiap negara sebelumnya.

Baca juga : Polda Jateng Tingkatkan Keamanan Jelang Semifinal Piala Dunia U-17

“Yang sudah disampaikan hari ini akan menjadi sejarah. Keputusan hari pertama ini akan diingat dalam pertemuan COP selanjutnya,” ujar Presiden COP28, Sultan Al Jaber dikutip CNN, Jumat (1/12/2023).

Dalam kesepakatan skema pendanaan COP28, tuan rumah, Uni Emirat Arab (UEA) menyumbang 100 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun. Jerman juga menyumbang dengan jumlah yang sama.

Inggris menyumbang 60 juta poundsterling atau sekitar Rp 1,1 triliun. Sementara AS dan Jepang menyumbang sepersepuluh dari jumlah yang disumbangkan tuan rumah.

Skema Pendanaan Perubahan Iklim

AS menyumbang 17,5 juta dolar AS (sekitar Rp 272 miliar) dan Jepang menyumbang 10 juta dolar AS (sekitar Rp 155 miliar).

Baca juga : Prof. Tjandra Jelaskan 3 Hal Penting Terkait Wolbachia Singapura Dan WHO

“Dana ini akan dikumpulkan dan segera dialirkan ke negara-negara yang mendapat dampak terburuk akibat perubahan iklim,” terang Presiden dan CEO World Resources Institute, Ani Dasgupta.

Dasgupta menyebut kontribusi AS dan Jepang cukup mengecewakan. “Mengingat besarnya perekonomian mereka, tidak ada alasan jika kontribusi mereka jauh lebih kecil dari kontribusi negara lain,” kritiknya.

Hal senada dilontarkan Direktur Power Shift Africa, Mohamed Adow. “Janji pendanaan awal jelas tidak memadai dan hanya akan menjadi setetes air, dibanding skala kebutuhan yang harus dipenuhi,” ujarnya.

Bahkan, penasihat kebijakan di lembaga pemikir iklim internasional E3G, Tom Evans, menimpali, jumlah yang diumumkan AS memalukan bagi Presiden Joe Biden dan utusan khusus urusan iklim, John Kerry. Sumber dari Pemerintah AS mengatakan, saweran tersebut berdasarkan kesepakatan dengan anggota Kongres AS.

Baca juga : Wakil PM Australia Temui Prabowo Di Jakarta Pekan Ini, Ingin Perdalam Kerja Sama

Presiden COP28 Al Jaber berharap, dana yang terkumpul dapat dipakai sebagai permulaan perbaikan situasi sekaligus menyadarkan banyak pihak untuk melindungi bumi.

“Biar sejarah yang mencatat fakta bahwa ini adalah presidensi yang membuat pilihan berani untuk terlibat secara proaktif dengan perusahaan-perusahaan minyak dan gas. Kami sudah banyak melakukan diskusi yang sulit, yang tidak mudah. Perusahaan-perusahaan ini berkomitmen menghasilkan nol emisi metana pada 2030 untuk pertama kalinya,” ujarnya.

Selama dua pekan ke depan, Pemerintah berbagai negara juga akan memperdebatkan, apakah mereka akan bersepakat menghapus secara bertahap penggunaan batu bara, minyak dan gas yang merupakan sumber utama emisi. Agenda lainnya adalah apa yang disebut sebagai “inventarisasi global.”

Dalam agenda tersebut, negara-negara di dunia akan menilai kemajuan mereka dalam mencapai tujuan iklim global. Tujuan utama dimaksud adalah yang tertuang dalam Perjanjian Paris, untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat Celsius. COP28 dimulai pada 30 November dan berakhir pada 12 Desember. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.