Dark/Light Mode

Desak Israel-Hamas Hormati Hukum Internasional, Jaksa ICC Incar Kejahatan Perang

Selasa, 5 Desember 2023 06:03 WIB
Jaksa ICC Karim Khan telah berkunjung ke Israel dan Palestina. (Foto Reuters/Piroschka van de Wouw)
Jaksa ICC Karim Khan telah berkunjung ke Israel dan Palestina. (Foto Reuters/Piroschka van de Wouw)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) berjanji meningkatkan upaya penyelidikan dugaan kejahatan perang Israel-Hamas. Baik Israel atau Hamas yang memerintah di Gaza sejak 2007, tak luput dari target ICC.

Jaksa ICC Karim Khan telah berkunjung ke Israel dan Palestina. Dia menekankan, kunjungannya bukan bersifat investigasi. Namun, ia berbicara dengan para korban di kedua sisi konflik.

Menurut Kelompok Hamas, lebih dari 15.523 orang tewas di wilayah Palestina yang terkepung di Gaza, dalam pertempuran dan pemboman besar-besaran oleh Israel yang sudah berlangsung lebih dari delapan pekan.

“Kantor saya akan lebih mengintensifkan upayanya memajukan penyelidikan sehubungan situasi ini. Tuduhan kejahatan kredibel selama konflik saat ini harus dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan independen tepat waktu,” kata Khan.

Dibuka pada 2002, ICC adalah satu-satunya pengadilan independen di dunia yang dibentuk untuk menyelidiki pelanggaran paling berat, termasuk genosida, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Baca juga : DPR: Tidak Mudah, Tapi Harus Dicoba

Investigasi ini membuka penyelidikan pada 2021 terhadap Israel, Hamas, dan kelompok bersenjata Palestina lainnya, atas kemungkinan kejahatan perang di Palestina.

Khan sebelumnya mengatakan, penyelidikan ini akan meluas ke peningkatan permusuhan dan kekerasan sejak serangan 7 Oktober 2023. Namun, tim ICC belum bisa memasuki Gaza atau melakukan penyelidikan di Israel, yang bukan anggota ICC.

Kejahatan Perang Israel-Hamas

Khan mengaku mengetahui kekejaman yang diperhitungkan di lokasi yang diserang Hamas. Serangan-serangan tersebut mewakili beberapa kejahatan internasional paling serius yang mengejutkan hati nurani umat manusia, kejahatan yang ingin ditangani ICC. Ia juga menekankan cara Israel menanggapi serangan-serangan ini bergantung pada parameter hukum yang jelas, yang mengatur konflik bersenjata.

“Saya mengakui konflik di daerah padat penduduk seperti Gaza pada dasarnya rumit, dan hukum kemanusiaan internasional harus tetap berlaku,” kata Khan.

Dalam pesan video yang diposting online setelah kunjungan empat hari ke Israel dan Otoritas Palestina di Tepi Barat, Minggu (3/12/2023), dia menjelaskan, ada banyak laporan dan bukti jelas, bahwa Israel menyerang fasilitas kesehatan dan membiarkan dokter merawat pasiennya dengan penerangan minim, operasi berlangsung tanpa obat bius. “Bayangkan rasa sakitnya,” tutur Khan.

Baca juga : Awali Kampanye Di Ujung Timur Indonesia, Ganjar Janjikan Kesetaraan Pembangunan

Hamas dan Israel dapat menghadapi tuduhan kejahatan perang terkait konflik tersebut. Khan mengatakan, timnya telah mengumpulkan sejumlah besar bukti mengenai insiden-insiden yang relevan.

Khan juga menyerukan agar bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza dan tidak disita Hamas. “Semua aktor harus mematuhi hukum humaniter internasional. Jika Anda tidak melakukannya, jangan mengeluh ketika kantor saya bertindak,” pungkasnya.

Usai gencatan senjata antara Israel dan Hamas selesai pada Jumat (1/12/2023) pekan lalu, Israel makin gencar menyerang ke segala pelosok Gaza. Serangan membabi buta ini didukung teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Parahnya, sistem itu dilaporkan tidak pandang bulu dalam menentukan target.

Dalam penyelidikan bersama, media Israel +972 Magazine dan Local Call melakukan wawancara dengan beberapa mantan pejabat intelijen Israel. Mereka mengungkapkan, saat ini, tentara Israel mulai lebih longgar menentukan sasaran. Mereka sudah tidak lagi memilah mana masyarakat sipil dan sasaran utama, Hamas.

Aturan yang dilonggarkan, digabungkan dengan penggunaan sistem AI bernama Habsora, dapat menghasilkan ketepatan serangan ke target dengan kecepatan lebih tinggi dari sebelumnya. Tak heran jika menurut seorang mantan perwira intelijen, teknologi ini disebut sebagai pabrik pembunuhan massal.

Baca juga : Israel-Hamas Kasih Sinyal Gencatan Senjata Mau Diperpanjang

“Ini adalah pertama kalinya mereka berbicara tentang bagaimana warga sipil menjadi sasaran dalam skala besar, hanya karena menyerang satu sasaran militer berdasarkan teknologi AI,” ujar profesor ilmu politik di Stonehill College, di Massachusetts, Anwar Mhajne kepada Middle East Eye, Minggu (3/12/2023).

Usai gencatan senjata, AP memberitakan, Israel menewaskan 700 warga Palestina dalam 24 jam terakhir pada Minggu (3/12/2023). Total, sudah lebih dari 15 ribu warga Palestina, mayoritas anak-anak dan wanita tewas dalam serangan tanpa pandang bulu Israel sejak 7 Oktober lalu.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.