Dark/Light Mode

Israel-Hamas Kasih Sinyal Gencatan Senjata Mau Diperpanjang

Selasa, 28 November 2023 06:59 WIB
Abigail Edan, balita, berkewarganegaraan Israel Amerika, telah dibebaskan Hamas, dalam empat hari gencatan senjata. (Foto Reuters/Ibraheem Abu Mustafa)
Abigail Edan, balita, berkewarganegaraan Israel Amerika, telah dibebaskan Hamas, dalam empat hari gencatan senjata. (Foto Reuters/Ibraheem Abu Mustafa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Israel dan Hamas memberi sinyal bakal memperpanjang gencatan senjata. Sebab, langkah itu bisa membuat lebih banyak sandera dan tahanan dibebaskan.

Amerika Serikat (AS), Mesir dan Qatar, menganjurkan perpanjangan gencatan senjata. Anjuran itu disampaikan setelah ketiga negara itu bekerja mengamankan gencatan senjata selama empat hari.

Hamas dan Israel telah memasuki masa akhir hari keempat gencatan, Senin (27/11). Menurut PBB, total 39 warga Israel, 117 warga Palestina dan 19 warga negara asing telah dibebaskan, dalam gencatan senjata ini.

“Itulah tujuan saya, itulah tujuan kami, untuk menjaga agar jeda ini terus berlangsung lebih dari besok sehingga kami dapat terus melihat lebih banyak sandera keluar dan memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan di Gaza,” kata Presiden AS Joe Biden di Washington DC, Minggu (26/11).

Hamas telah mengindikasikan akan memperpanjang kesepakatan tersebut. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu juga menyambut baik perpanjangan, yang mencakup pembebasan 10 sandera per hari.

Baca juga : Tembakin Warga Saat Gencatan Senjata, Israel Memang Culas

Hal itu diungkapkan Bibi, penggilan Netanyahu kepada Biden lewat telepon. Kesepakatan awal, yang mulai berlaku setelah enam minggu perang, termasuk Hamas membebaskan 50 sandera, Israel membebaskan 150 tahanan Palestina, dan jeda pertempuran.

Dalam percakapan keduanya, Netanyahu menekankan bahwa setelah jeda, Israel akan melanjutkan operasi militer untuk memerangi Hamas (faksi Palestina yang berkuasa di Jalur Gaza).

Tak Percaya Bisa Bebas

Omar Abdullah Al Hajj (17), salah satu tahanan Palestina yang dibebaskan Israel pada hari ketiga gencatan senjata, menceritakan pengalamannya selama di tahan. Dia mengaku, tidak mengetahui apa yang terjadi di dunia luar.

“Saya tidak percaya bisa bebas, tetapi kegembiraan saya tidak lengkap karena masih ada saudara-saudara kami yang masih berada di penjara. Soal Gaza, saya akan mempelajari lagi,” katanya kepada Reuters.

Jeda kemanusiaan selama empat hari yang dimediasi oleh Qatar, Mesir dan AS mulai berlaku pada Jumat (24/11), menghentikan sementara serangan Israel di Jalur Gaza. Dilansir Aljazeera, dalam tiga hari, sudah 39 sandera Israel yang dibebaskan Hamas secara bertahap dalam tiga kelompok. Masing-masing terdiri atas 13 orang setiap harinya.

Baca juga : Masuk Hari Ke-3 Gencatan Senjata, 41 Sandera Bebas, 61 Truk Bantuan Masuk Gaza

Para sandera Israel yang dibebaskan oleh Hamas selama gencatan senjata itu terdiri atas perempuan, termasuk warga lanjut usia (lansia) dan anak-anak. Belasan sandera lainnya yang dibebaskan Hamas terdiri atas 17 warga negara Thailand, satu warga negara Filipina dan satu sandera lainnya yang berkewarganegaraan Rusia-Israel.

Hamas, dalam pernyataannya, menyebut bahwa warga Rusia-Israel bernama Ron Krivoy dibebaskan sebagai tanggapan atas upaya Presiden Rusia Vladimir Putin dan dukungannya untuk perjuangan Palestina.

Selain para sandera Hamas, terdapat juga total 117 tahanan Palestina yang telah dibebaskan Israel dari beberapa penjara di wilayahnya. Para tahanan Palestina ini kebanyakan dibawa ke Tepi Barat dan beberapa dibawa ke Yerusalem Timur usai dibebaskan Israel.

Menurut laporan otoritas Palestina, ada lebih dari 3.200 warganya yang ditangkap Israel di wilayah Tepi Barat sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada awal Oktober lalu.

Kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan itu juga mencakup masuknya ratusan truk pengangkut bantuan kemanusiaan dan medis ke seluruh wilayah Jalur Gaza tanpa terkecuali.

Baca juga : Bantuan Masuk Ke Gaza, Tank Israel Balik Kandang

Hamas dilaporkan menyandera sekitar 240 orang, termasuk warga negara asing, setelah menyerang Israel secara mengejutkan pada 7 Oktober lalu. Sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Hamas tersebut.

Israel kemudian melancarkan serangan udara, darat dan laut terhadap Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas tersebut. Laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut, gempuran Israel menewaskan lebih dari 14.000 orang Palestina. Termasuk 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 wanita. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.