Dark/Light Mode

Laut China Memanas, Malaysia Siaga Sebelum Perang

Minggu, 20 Oktober 2019 05:07 WIB
Saifuddin Abdullah (Foto: Anadolu Agency)
Saifuddin Abdullah (Foto: Anadolu Agency)

RM.id  Rakyat Merdeka - Situasi di Laut China Selatan memanas. Ketegangan ini membuat Malaysia siaga. Negeri Jiran ingin meningkatkan kemampuan Angkatan Lautnya untuk mengantisipasi terjadinya kemungkinan terburuk. Yakni; perang.

Keinginan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah dalam pidato di parlemen, Kamis (17/10) lalu. Dia bilang, pemerintah ingin mengendalikan keberadaan kapal perang di laut mereka dengan meningkatkan kekuatan angkatan lautnya.

"Meskipun tidak ingin konflik, kemampuan aset kami harus ditingkatkan sehingga kami dapat mengelola perairan kami dengan lebih baik, terutama dalam konteks menghadapi negara adidaya di Laut China Selatan," ujar Saifuddin seperti dikutip dari AFP, kemarin.

Baca juga : Kedutaan Malaysia Mau Bikin Bazar Amal untuk Umum

Ketegangan yang meningkat dalam beberapa pekan terakhir, dipicu setelah kapal perusak atau destroyer Angkatan Laut AS berlayar dekat kepulauan yang diklaim China, Pulau Paracel, bulan lalu. China menilai aksi itu sebagai tantangan, sedangkan AS menilainya sebagai latihan kebebasan navigasi.

Saifuddin menuturkan, Malaysia dapat mengajukan nota protes jika China melanggar wilayahnya, namun Kuala Lumpur kekurangan aset Angkatan Laut. Mereka akan kesulitan menandingi Penjaga Pantai China yang hampir 24 jam hadir di sekitar South Luconia Shoals di sebelah timur Sarawak, Malaysia. “Kapal Angkatan Laut Malaysia lebih kecil dari kapal penjaga pantai dari China," keluhnya.

Sekali pun siaga dan bersiap untuk konflik, Malaysia menyatakan akan terus mendorong non-militerisasi Laut China Selatan dengan menyerukan pendekatan baru dengan ASEAN. “Laut China Selatan seharusnya tidak menjadi titik konflik di antara negara-nagara. Kami konsisten pada hal itu di forum internasional seperti ASEAN, di mana kami mengangkat konsep pengendalian diri dan non-militerisasi di Laut China Selatan,” tandasnya.

Baca juga : Perppu KPK Layu Sebelum Berkembang

Para analis sepakat, peralatan patroli maritim baru merupakan hal mendesak bagi Malaysia. Termasuk, pesawat yang masuk rencana pengembangan kemampuan Angkatan Udara Kerajaan Malaysia hingga 2055.

“Non-militerisasi, paling banter, adalah sikap retoris. Kekuatan utama tidak akan mengakui hal ini. Pada akhirnya, Malaysia perlu menghadapi situasi di Laut Cina Selatan apa adanya, bukan seperti yang diinginkan,” ujar pengamat Program Studi Kebijakan dan Keamanan Luar Negeri di Institut Studi Strategis dan Internasional Malaysia, Shahriman Lockman.

Menurut Shahriman, meskipun pemerintah Malaysia lebih menempuh jalan lewat nota protes di Laut China Selatan, kenyataannya tidak berubah. China terus mempertahankan kehadirannya di dekat Luconia Breakers di Sabah yang dianggap Kuala Lumpur sebagai zona ekonomi eksklusifnya, tempat Malaysia memegang satu-satunya hak atas sumber daya laut berdasarkan hukum internasional.

Baca juga : Batik dan Gamelan Meriahkan Pasar Malam Indonesia di Stockholm

Pengamat pertahanan dan militer, Connie Rahakundini Bakrie menyebut, pernyataan Saifuddin menunjukkan meningkatnya kesadaran ASEAN terhadap politik keamanannya. "Pernyataan Malaysia dikeluarkan oleh Menlu bukan Menhan. Artinya sudah ada kesepahaman, (keamanan) ASEAN harus dikedepankan,” ujar dia kepada Anadolu Agency, kemarin.

Walaupun ASEAN belum memiliki pakta pertahanan, tapi kerja sama keamanan harus dilakukan pada perairan kawasan. “Malaysia saja mengakui, angkatan lautnya tidak bisa menghadapi Coast Guard China. Angkatan Laut Indonesia juga akan kesulitan menghadapi gempuran Coast Guard China yang besar,” imbuhnya.

Menurut perempuan peraih Doktor Ilmu Politik dari UI ini, jika AS dan China berseteru di kawasan, maka cita-cita ASEAN untuk membebaskan Laut China Selatan dari kehadiran militer akan susah. “Jadi pernyataan Menlu Malaysia menarik dan mungkin sudah seharusnya negara ASEAN memperkuat political security-nya,” kata dia. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.