Dark/Light Mode

Bencana Kelaparan Di Gaza Makin Memilukan, Amerika Janji Airdrop Bantuan

Sabtu, 2 Maret 2024 07:20 WIB
Ilustrasi airdrop bantuan dari pesawat (Foto: Kemhan AS)
Ilustrasi airdrop bantuan dari pesawat (Foto: Kemhan AS)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan rencana pengiriman bantuan kemanusiaan dan pasokan penting lainnya ke Gaza, secara airdrop atau menjatuhkannya dari udara, Jumat (1/3/2024).

Rencana pengiriman bantuan itu disampaikan sehari setelah kematian orang-orang Palestina, saat mengantre bantuan pangan di tengah konvoi truk.

Negara-negara lain, termasuk Yordania dan Prancis sebelumnya telah melakukan airdrop bantuan ke Gaza.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan, sedikitnya 576 ribu orang di Jalur Gaza atau seperempat dari populasi daerah kantong, menghadapi bencana kelaparan yang begitu nyata. 

Sementara Otoritas Kesehatan Gaza mengatakan, pasukan Israel telah menewaskan lebih dari 100 orang yang mencoba mencapai konvoi bantuan di dekat Kota Gaza, Kamis (29/2/2024) pagi waktu setempat.

Atas kejadian ini, Israel menyalahkan kerumunan massa di sekitar truk bantuan. Israel menyebut, para korban telah diinjak-injak atau ditabrak.

Baca juga : Jaga Keberlanjutan Bisnis Di Masa Depan, PGN Andalkan 3 Jurus Jitu

Seorang pejabat Israel mengatakan, dalam respons terbatas, pasukannya menembaki kerumunan yang dirasa menimbulkan ancaman.

Efektivitas Airdrop

David Deptula, seorang pensiunan jenderal bintang tiga Angkatan Udara AS yang pernah memimpin zona larangan terbang di atas Irak utara, mengatakan airdrop adalah sesuatu yang dapat dieksekusi secara efektif oleh militer AS.

"Itu adalah sesuatu yang tepat. Ada banyak tantangan yang terperinci. Tetapi, ada juga yang tidak bisa diatasi," ujarnya, seperti dikutip CNN International, Jumat (1/3/2024).

Namun, ada pertanyaan tentang efektivitas bantuan yang diberikan dengan cara air-dropping ke Gaza.

Seorang pejabat AS yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, sistem airdrop kurang bisa mengatasi penderitaan warga Gaza. "Itu tidak berurusan dengan akar penyebabnya. Hanya pembukaan  perbatasan darat yang dapat menangani masalah ini dengan cara serius," ungkapnya.

Dia juga menyebut, Amerika tidak dapat memastikan bahwa bantuan itu tidak berakhir di tangan Hamas, mengingat mereka tidak memiliki pasukan di lapangan.

Baca juga : Pesan Wapres Kepada Diaspora Selandia Baru: Ambil Ilmunya, Jangan Lupa Pulang

Sementara Direktur PBB Kelompok Krisis Internasional Richard Gowan mengatakan, pekerja kemanusiaan kerap mengeluh, airdrop bagus untuk difoto, tetapi bukan merupakan cara yang menyenangkan untuk memberikan bantuan," bebernya.

Gowan berpendapat, satu-satunya cara mendapatkan bantuan yang cukup adalah melalui konvoi bantuan, setelah gencatan senjata diberlakukan.

"Situasi di Gaza saat ini sangat buruk. Karena itu, pasokan tambahan apa pun dapat meringankan penderitaan warga setempat. Bantuan sementara sangat dibutuhkan," tambah Gowan.

Belum bisa dipastikan, apakah pengumuman Biden terkait airdrop bantuan, telah dikoordinasikan dengan Israel atau tidak.

OCHA melaporkan, PBB mengirimkan bantuan ke Gaza utara yang terkepung untuk pertama kalinya dalam lebih dari seminggu, Jumat (1/3/2024). Bantuan berupa obat-obatan, vaksin, dan bahan bakar itu dikirim ke RS al-Shifa di Kota Gaza.

Program Pangan Dunia membeberkan, 10 hari lalu, mereka menghentikan pengiriman bantuan makanan ke Gaza utara, hingga kondisi di kantong Palestina memungkinkan distribusi yang aman.

Baca juga : Bangga! Lagu Kolaborasi Putri Ariani dan DJ Alan Walker Banjir Pujian

Sementara Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan, selama Februari 2024, rata-rata hampir 97 truk dapat memasuki Gaza setiap hari. Angka ini lebih sedikit dibanding periode Januari 2024, yang memungkinkan sekitar 150 truk per hari untuk masuk wilayah tersebut.

"Jumlah truk yang memasuki Gaza, tetap jauh di bawah target 500 per hari," ungkap UNRWA.

Makanan Ternak Dan Kaktus

Selama hampir lima bulan ini, warga Palestina menghadapi situasi pelik yang penuh keputusasaan, sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.

Kondisi rawan pangan menyebabkan warga Palestina terpaksa makan pakan ternak, bahkan kaktus untuk bertahan hidup. Petugas medis melaporkan, banyak anak sekarat di rumah sakit karena kekurangan gizi dan dehidrasi. 

PBB mengatakan, warga Palestina menghadapi hambatan yang luar biasa untuk mendapatkan bantuan.

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.