Dark/Light Mode

Soal Kunjungan Prabowo Ke Beijing Dan Tokyo, Bos FPCI: The Game Is On

Jumat, 5 April 2024 15:40 WIB
Founder & Chairman FPCI Dino Patti Djalal (Foto: tangkapan layar Instagram)
Founder & Chairman FPCI Dino Patti Djalal (Foto: tangkapan layar Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Founder & Chairman Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menyoroti kunjungan Presiden Terpilih Prabowo Subianto ke China untuk bertemu Presiden Xi Jinping, serta ke Tokyo untuk memenuhi undangan Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida.

Dia bilang, kunjungan tersebut dapat diartikan dengan istilah the game is on.

“Arti penting kunjungan Prabowo ke Beijing dan Tokyo tidak diukur dari kerja sama yang dihasilkan atau policy deliverables. Karena memang, bukan itu tujuannya,” papar Dino melalui akun Instagram resmi FPCI, Jumat (5/4/2024).

Dino yang juga mantan Wakil Menteri Luar Negeri berpendapat, arti penting kunjungan tersebut diukur dari sinyalnya.

Menurutnya, ada tiga sinyal yang tersirat dari kunjungan Prabowo. Sinyal pertama, China sedang melakukan diplomasi proaktif untuk merangkul Presiden terpilih Indonesia, dengan cerdik.

“Dalam landscape politik luar negeri China, yang menempatkan Asia Tenggara sebagai teater yang paling dekat dan paling strategis, Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN merupakan negara yang sangat penting. Apalagi, dalam konteks rivalitas China dengan negara-negara lain,” papar Dino.

Di Asia Tenggara, lanjutnya, Beijing juga semakin khawatir melihat posisi Filipina, yang dipandang semakin dekat dengan Amerika Serikat (AS) dan kian jauh dengan China.

Baca juga : Habis Ketemu Jinping, Prabowo Sowan Ke Kishida Di Tokyo, Ini Yang Dibahas

China mengirim undangan kepada Prabowo, dalam kapasitasnya sebagai Presiden terpilih dan Ketua Umum Partai Gerindra. 

"Sejak awal, China ingin menunjukkan sikap respek terhadap Presiden Terpilih Prabowo Subianto. It’s the Asian thing to do," ujar Dino.

Selain itu, Dino juga mengartikan kunjungan Prabowo ke China sebagai bentuk upaya memberikan kesempatan untuk membangun rapor pribadi antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Terpilih Prabowo.

Sementara pertemuan langsung Prabowo dan Jinping begitu mendarat di Beijing, sebelum bertemu menteri-menteri lainnya, mencerminkan upaya China untuk memberikan perhatian politik dan perlakuan protokoler khusus kepada figur yang akan memimpin Indonesia dalam waktu lima tahun ke depan.

Sinyal kedua, melalui kunjungannya ke Beijing, Dino menilai Prabowo mengirim pesan tak langsung ke AS, bahwa mereka tidak bisa take for granted hubungan baiknya dengan Indonesia.

"Perlu diingat dalam 10 tahun terakhir, AS cenderung sebagai pihak yang banyak melakukan catch-up dalam hubungan diplomatiknya dengan Indonesia," tutur Dino

Tahun lalu, imbuhnya, hubungan Indonesia dan AS baru saja naik status menjadi comprehensive and strategic partnership.

Baca juga : Muzani: Kemenangan Prabowo, Awal Perjuangan Cita-cita Proklamasi

Namun, sejarah menunjukkan, hubungan AS dan Indonesia cenderung naik turun atau panas dingin. Terutama, dari segi intensitasnya. Apalagi, menjelang atau sesudah Pemilu.

"Kunjungan Prabowo ke Beijing juga mengingatkan, jika AS tidak telaten menjaga hubungannya dengan Indonesia, Indonesia punya banyak opsi lain dalam pelaksanaan politik luar negeri," terang Dino.

Sinyal ketiga, kunjungan Prabowo ke Jepang untuk menemui PM Kishida setelah dari Beijing, mencerminkan upaya menerapkan balancing game di Indo Pasifik.

Saat ini, Jepang masuk ke dalam kelompok Quad bersama Amerika, Australia, dan India. Jepang juga semakin dekat hubungannya dengan Aukus, yaitu kerja sama militer antara AS, Inggris, dan Australia.

Kedua kelompok ini, Quad dan Aukus, ditentang oleh China.

"China juga sering menuduh adanya upaya untuk mengadakan mini-Asian NATO. Karena itu, kunjungan Prabowo ke Jepang menggarisbawahi, bahwa dia bisa bermain di dua lini yang saling bersaing. Merebut sekaligus menjaga hubungan yang berimbang antara dua negara besar di Asia tersebut," beber mantan Duta Besar RI untuk AS ini.

Berbeda dari Presiden Jokowi, yang dalam lima tahun pertamanya, cenderung tidak tertarik pada urusan politik luar negeri, Dino berpendapat, Prabowo sebagai presiden mendatang, terlihat jauh lebih berminat untuk menjadi player sejak awal.

Baca juga : Habis Debat Langsung Kampanye, Prabowo Segesit Anies Dan Ganjar

Prabowo tampaknya akan membuat wajah baru politik luar negeri Indonesia, yang dalam sembilan tahun terakhir cenderung tidak banyak bergeopolitik transaksional, reaktif, dan banyak mengandalkan diplomasi optik.

"Bapak Prabowo sebagai kandidat Presiden selalu menegaskan akan meneruskan politik luar negeri bebas aktif. Di sini perlu diingat bahwa bebas aktif adalah prinsip, bukan strategi," ujar Dino.

"Saya tekankan sekali lagi, karena ini penting. Bebas aktif adalah prinsip, bukan strategi," tandasnya.

Dino meyakini, meski tetap akan mengusung politik luar negeri bebas aktif, Presiden Terpilih Bapak Prabowo Subianto juga akan merintis juga strategi hubungan Internasionalnya sendiri.

Ini sesuai dengan sejarah Indonesia modern. Tidak ada Presiden yang hanya sepenuhnya melanjutkan kebijakan politik luar negeri pendahulunya. Selalu ada yang baru, dan selalu ada variasi.

Dunia masih menunggu, strategi politik luar negeri apa yang akan dijalankan Bapak Prabowo Subianto, sebagai Presiden ke-8 RI.

"Untuk itu, kita harus bersabar, karena hal ini akan terlihat jelas ketika Pak Prabowo nanti dilantik sebagai Presiden di bulan Oktober. Paling tidak, melalui kunjungan Bapak Prabowo ke Beijing dan Tokyo, kita bisa menyimpulkan bahwa the game is on," pungkas Dino.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.