Dark/Light Mode

Turun Ke Jalan, Demonstran

Ajak Militer Lawan Maduro

Jumat, 1 Februari 2019 10:42 WIB
Juan Guiado (tengah) ikut turun ke jalan, mendesak Nicolas Maduro mundur dari jabatannya. (Foto : France 24).
Juan Guiado (tengah) ikut turun ke jalan, mendesak Nicolas Maduro mundur dari jabatannya. (Foto : France 24).

RM.id  Rakyat Merdeka - Ribuan warga Venezuela turun ke jalan mendesak mundurnya Nicolas Maduro sebagai presiden negara kaya minyak tersebut. Aksi protes yang berlangsung dua jam dipimpin pentolan oposisi Juan Guaido. Mereka mengajak militer mau ikut membelot dari Maduro.

Dilansir CBS, warga turun ke jalan-jalan di ibu kota Venezuela, Caracas, dan berbagai kota lainnya, membenturkan pot, meniup peluit dan terompet. Mereka juga membawa spanduk bertuliskan: ‘Angkatan bersenjata, dapatkan kembali martabat Anda,’ ‘Maduro perampas,’ ‘Guaido untuk presiden’ dan "Tolak kediktatoran’.

"Jangan tembak orang yang juga menuntut perubahan untuk keluarga Anda," ujar Guaido dalam unjuk rasa, Rabu (30/1) waktu setempat.

Presiden AS Donald Trump menulis Tweet setelah berbicara dengan Guaido."Protes besar-besaran di seluruh Venezuela hari ini melawan Maduro. Perjuangan untuk kebebasan telah dimulai!" 

Protes Rabu, bertujuan untuk ‘menuntut tentara berpihak pada rakyat’. Setelah pekan lalu, terjadi bentrokan berdarah yang menewaskan lebih dari 40 orang dan 850 dipenjara.

Baca juga : Kemlu Pulangkan 14 ABK Yang Ditahan Di Myanmar

Pergolakan politik telah memperburuk situasi di Venezuela. Negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia itu tetapi mengalami krisis ekonomi yang ditandai hiperinflasi dan kekurangan kebutuhan pokok. Jutaan orang dibiarkan dalam kemiskinan, sementara 2,3 juta lainnya telah meninggalkan negara itu, melepaskan krisis migrasi di Amerika Selatan.

Guaido, pekan lalu mendeklarasikan diri sebagai presiden interim Venezuela dan sudah diakui Kanada, Amerika Serikat, sebagian besar negara di Amerika Latin dan sekutu AS. Namun, Maduro enggan mundur dan menuduh Guaido sebagai kaki tangan AS yang ingin mengkudetanya. 

Sementara itu, enam negara besar Eropa mendesak Maduro untuk menggelar pemilihan umum dengan batas waktu hingga akhir pekan ini. Jika tidak, mereka juga akan mengakui Guaido sebagai pemimpin Venezuela.

Guaido mengambil alih kekuasaan secara sepihak demi membentuk pemerintahan transisi pada pekan lalu, ketika gelombang demonstrasi anti-Maduro kian tinggi di Venezuela.

Sebagian besar pendukung Guaido ini menganggap Maduro tak pantas memimpin karena mendapatkan kursi presiden melalui proses pemilu yang tidak sah. Mereka menganggap Majelis Nasional pimpinan Guaido adalah satu-satunya institusi negara yang dipilih rakyat.

Baca juga : Anies Dan Anak Telantar

Setelah Guaido mengambil alih kuasa, militer menyatakan tetap mendukung Maduro, meski sejumlah pejabat menyatakan membelot dari sang presiden, termasuk atase pertahanan Venezuela di AS. 

Situasi ini memicu Maduro memerintahkan Mahkamah Agung menetapkan  larangan ke luar negeri untuk Guaido. Hakim Agung Tarek William Saab  akan membuka penyidikan kasus kriminal yang menyeret nama Guaido. 

Sementara itu, dalam wawancara dengan media Rusia RIA Novosti, Maduro menyatakan kesdiaannya berdiskusi dengan pihak oposisi “demi nasib Venezuela.” Dia juga menyarankan pelaksanaan dialog di negeri lain. Rusia menawarkan diri sebagai mediator dan pemberi lokasi dialog damai.

Dalam wawancara tersebut, Maduro juga menuduh Trump bekerja sama dengan Pemerintah Kolombia untuk mengerahkan pasukan untuk menyasar dirinya. “Pemerintahan Trump bersama mafia Kolombia berusaha membunuh saya,” klaim Maduro.

Dugaan Maduro ini setelah beredarnya memo Penasihat Keamanan AS John Bolton yang berbunyi “5.000 pasukan di Kolombia”,  beredar di media.

Baca juga : KPK Lelang Tanah Milik Mantan Bupati Garut

Di sisi lain, AS menuduh Maduro berusaha membawa keluar sejumlah besar emas dari Venezuela. Di Caracas dilaporkan ada penampakan Boeing 777 dari Moskow. Diduga pesawat tersebut akan membawa sejumlah aset negara agar diamankan di luar negeri.

Tahun lalu, pemerintahan Maduro sudah mengamankan aset negara sebesar 900 juta dolar AS atau sekitar Rp 12,4 triliun ke Turki.

Awal pekan ini, AS pun menerapkan sanksi untuk membekukan aset Venezuela yang disimpan dalam bank atau institusi keuangan yang memakai jasa keamanan perbankan AS di luar negeri. 

Selain itu, perusahaan minyak negara Petroleos de Venezuela SA juga dibatasi ppergerakannya karena sanksi ekonomi AS. Alhasil, perekonomian Venezuela makin tercekik. Maduro pun menuduh AS sengaja menyiksa warga Venezuela.

“Semua sanksi ini dilakukan mereka untuk merampoki kekayaan kita,” tuduh maduro. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.