Dark/Light Mode

Akui Keganasan Corona, Trump Harap-harap Cemas

Kamis, 2 April 2020 08:30 WIB
Jon Makay, dari Harlem, mengenakan topi gurita untuk menangkal terinfeksi Covid-19 pada Rabu (25/3), di Times Square New York.   (Foto Associated Press / Mary Altaffer)
Jon Makay, dari Harlem, mengenakan topi gurita untuk menangkal terinfeksi Covid-19 pada Rabu (25/3), di Times Square New York. (Foto Associated Press / Mary Altaffer)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di awal-awal virus corona muncul, Donald Trump begitu sombong. Presiden Amerika Serikat yang kontroversial itu menganggap enteng virus asal China tersebut. Ia bilang, corona seperti flu biasa. Ia menolak penutupan akses seperti yang dilakukan banyak negara.

“Biarkan saja virus corona itu melaju. Jangan dihentikan. Anggap saja itu flu biasa,” ucapnya, ketika itu. Tapi kini, setelah jumlah warga AS yang meninggal akibat Covid-19 dari Sars-CoV-2, keluarga virus corona, melebihi China, kesombongan Trump runtuh. Ia mengakui, keganasan virus corona baru itu.

Berdasarkan data Worldometers.info per Rabu siang, AS masih menduduki posisi pertama negara dengan kasus positif corona terbanyak. AS mencatat ada 188.578 positif dengan 3.890 tewas. Jumlah ini jauh melebih China. Data terakhir di China, ada 81.518 kasus, meninggal 3.305 orang. Jumlah warga yang terinfeksi di AS juga menjadi paling tinggi di dunia. Melebihi Italia, yang kini memiliki jumlah kematian lebih banyak.

Dengan data ini, Trump mulai mengakui ganasnya risiko virus corona. Ia menyebut corona lebih buruk dari flu biasa. Ia pun harap-harap cemas. Semua pernyataannya berubah.

Baca juga : Trump Merasa Gagal Fokus Urus Corona Gara-gara Pemakzulan

“Ini bukan flu tapi adalah virus yang ganas,” ucapnya dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip AFP, kemarin.

Trump pun mulai mengubah pendiriannya. Ia bilang, tanpa jarak sosial, proyeksi kematian akibat Covid-19 di AS bisa mencapai 2,2 juta orang.

“Jika kita tidak melakukan apa-apa, jika terus melanjutkan kehidupan ini, Anda akan melihat orang-orang mati di dalam pesawat terbang, di lobi hotel. Anda akan lihat banyak orang mati di mana-mana,” paparnya.

Trump pun meminta warga AS tidak kaget jika dalam dua pekan ke depan teradi hal yang sangat menyakitkan.

Baca juga : Karena Corona, Perusahaan Alih Daya Surati Jokowi

“Ini akan menjadi dua pekan yang sangat menyakitkan. Sangat, sangat menya-kitkan,” ucapnya. “Saya ingin semua warga Amerika bersiap untuk hari-hari sulit yang ada di depan,” tambahnya.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, mendesak seluruh warga AS yang masih berada di luar negeri segera pulang kampung. “Warga Amerika yang ingin pulang kampung, harus secepatnya kembali. Segera matangkan perencanaan,” tegas Pompeo dalam briefing, Selasa lalu.

Pompeo menegaskan, Pemerintah AS berkomitmen membawa pulang semua warga AS. Namun, semua jendela tampaknya hampir tertutup. “Kami tidak tahu, berapa lama penerbangan komersial di negara yang sekarang Anda tempati dapat terus beroperasi. Apalagi, mayoritas maskapai telah memangkas layanan internasional,” ucap Pompeo.

Oleh karena itu, Pompeo meminta warganya mendaftar ke kedutaan atau konsulat terdekat di negara mereka berada. Ataupun mendaftar online melalui layanan STEP (Smart Traveler Enrollment Program). Layanan yang diluncurkan Kementerian Luar Negeri AS itu, menyajikan beragam informasi mengenai peringatan keamanan tentang kondisi lokal dan akses komunikasi dengan pihak keluarga.

Baca juga : Perhutani Tetap Garap Lahan Negara

“Tak ada tugas yang lebih tinggi bagi kami, ketimbang membantu rakyat Amerika kembali ke kampung halamannya di tengah pandemi Covid-19,” imbuhnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.