Dark/Light Mode

Lawan Pendemo Pakai Tentara

Trump Dilawan Menhan

Jumat, 5 Juni 2020 07:40 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Foto: AFP)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Foto: AFP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Rencana Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menerjunkan tentara untuk meredam demonstran yang protes atas kematian warga kulit hitam, George Floyd, dilawan anak buahnya sendiri. Adalah Menteri Pertahanan (Menhan) Mark Esper yang berani lawan Trump itu.

Menurut Esper, penggunaan tentara hanya akan menimbulkan perpecahan. Aksi unjuk rasa menolak rasisme yang dimulai di Minneapolis 26 mei diturunkan di Washington DC. Walau mereka hanya berjaga-jaga, berbagai pihak khawatir Trump akan menggunakan kekuatan militer tersebut untuk meredam unjuk rasa.

Untunglah Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, masih waras. Esper menentang apa yang dititahkan Trump. “Saya tidak mendukung penerapan Undang-Undang pemberontakan,” ujar Esper sebagaimana dilansir AFP, kemarin.

Baca juga : Masa Pandemi, Kinerja Sektor Pertanian Cemerlang

Menurut dia, keterlibatan militer adalah pilihan paling akhir dan hanya da lam situasi sangat mendesak dan me ngerikan. “Kita tidak sedang berada di situasi itu saat ini,” ungkapnya.

Esper pun membatalkan, keputusan Pentagon mengirim beberapa ratus tentara ke wilayah Washington. Bahkan, pasukan dikabarnya sudah pulang ke barak. Esper menyebut tentara yang dikirim bukan dari Garda Nasional.

Di Pentagon, Menhan adalah otoritas terakhir yang bertugas mengambil ke-putusan bersama Kepala Staf Gabungan. Esper yang sebelumnya menyebut demonstrasi sebagai arena pertempuran, juga sempat meminta maaf atas ucapannya itu.

Baca juga : OJK Izinkan Teknik Pemasaran Produk Asuransi Lewat Video Call

Sekretaris Angkatan Darat, Ryan Mc Carthy mengatakan, pembatalan menerjunkan tentara itu diputuskan setelah Esper menghadiri pertemuan di Gedung Putih. Para tentara disiagakan hanya untuk memastikan bahwa ada cukup dukungan militer di wilayah itu untuk menanggapi masalah protes jika diperlukan.

Tiga eks Presiden AS sampai menyoroti keputusan ini. Karena baru kali ini, Amerika menerjunkan tentara untuk menangani pendemo. Mereka adalah Jimmy Carter, George Bush Jr, dan Barack Obama. Kritikan pun datang dari China, Korut, Iran, Turki, Inggris, dan Jerman.

Kritikan juga datang dari eks Menhan AS, Jim Mattis. Dia menyebut, Trump satu-satunya presiden yang terang-terangan menggunakan cara memecah. Melibatkan militer untuk meredam unjuk rasa, berpotensi menimbulkan perpecahan yang tidak perlu tersebut. “Kita harus membuang pemikiran apapun yang menganggap kota di Amerika adalah medan perang,” ujar Mattis.

Baca juga : Kerahkan Militer Jinakkan Demonstran, Trump Bertangan Besi

Bukan Trump kalau tidak melawan. Melalui akun Twitter miliknya, Trump membalas kritikan Mattis. Menurut dia, Mattis adalah figur bermasalah. Kata dia, satu-satunya persamaan ia dengan Obama adalah sama-sama mendapat kehormatan untuk memecat Jim Mattis. “Jenderal yang jasanya terlalu dilebih-lebihkan,” ujar Trump.

“Nama panggilan dia adalah ‘Chaos’ (Kekacauan) yang saya tidak suka. Saya menggantinya menjadi ‘Mad Dog’ (anjing gila). Kekuatan utamanya bukan pada militer, namun public relation,” ujar Trump. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.