Dark/Light Mode

Amerika Ngerecokin, India Ngajak Perang

China Pusing Tujuh Keliling

Jumat, 19 Juni 2020 05:57 WIB
India Vs China/Ilustrasi. (Foto: Istimewa)
India Vs China/Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - China bisa jadi sedang pusing tujuh keliling. Pasukan mereka bentrok dengan tentara India karena sengketa perbatasan. Di saat yang sama, Amerika Serikat, yang selama ini jadi “musuh” China, terus ngerecokin. 

Bentrokan awal tentara China dan tentara India terjadi Senin malam (15/6) di sepanjang perbatasan di Lembah Galwan, Ladakh, Kashmir. Lokasi ini sudah sejak lama jadi sengketa kedua negara. 

Konfrontasi pada hari Senin lalu itu merupakan imbas dari ketegangan dalam beberapa bulan terakhir. Pemicunya, India membangun jalan baru di Ladakh, di sepanjang Garis Kontrol Aktual yang memisahkan kedua pihak. Hal itu membuat China marah. China kemudian mengerahkan pasukan dan membangun infrastruktur sendiri di wilayah yang disengketakan itu. 

Baca juga : Kementan Prediksi Ketersediaan Pangan Aman hingga Akhir Tahun 2020

Saat pembangunan, tentara.kedua negara amat berdekatan. Mereka berhadap-hadapan di banyak titik di sepanjang perbatasan bersama sepanjang 3.440 km itu. Alhasil, bentrokan pun meletus. Dalam bentrokan Senin malam, India mengkonfirmasi tiga serdadunya tewas. Sementara China, masih main rahasia. 

Juru bicara resmi Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava menyatakan,  bentrokan berawal saat kedua belah pihak bertemu pada 6 Juni untuk membahas masalah perbatasan di wilayah Himalaya. Namun, bukannya mencapai kesepakatan, kedua negara malah terlibat ketegangan hingga berujung bentrok. "Pada sore dan malam tanggal 15 Juni 2020, sebuah pertempuran sengit terjadi sebagai hasil dari upaya China yang secara sepihak mengubah status quo di sana," beber Srivastava seperti dikutip BBC, kemarin. 

Sebaliknya, China justru menuduh India melanggar konsensus. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, India telah melintasi perbatasan sebanyak dua kali pada Senin. "Mereka memprovokasi dan menyerang pasukan China, yang mengakibatkan konfrontasi fisik yang serius antara pasukan perbatasan di kedua sisi," klaimnya. 

Baca juga : Kejuaraan Dunia Junior, Indah Ingin Husnul Khatimah

Bentrokan kembali pecah pada Selasa sore (16/6) dan berlanjut hingga tengah malam di dataran tinggi Tibet di sepanjang sungai Galwan yang membeku. Pada suhu di bawah nol derajat di udara tipis setinggi 15 ribu kaki, serdadu China dan India saling serang dengan batu, batang besi, dan tiang bambu berbalut kawat berduri yang dihiasi paku.

Sebanyak 17 serdadu India tewas, termasuk seorang kolonel. Sementara China, lagi-lagi tak mengumumkan jumlah serdadunya yang tewas. Di sinilah Amerika mulai merecoki. Intelijen AS menyebut, sedikitnya 35 tentara negeri China tewas.

Mendengar ini, China panas. Media milik Partai Komunis China, Global Times, menuding, negeri Paman Sam berada di balik India dalam konflik tersebut. Dalam editorial yang terbit Rabu (17/6), media itu menyatakan, AS membutuhkan negara seperti India untuk menyerang China. "AS telah merayu India dengan Strategi Indo-Pasifiknya, yang menambah kesalahpahaman beberapa elite India di atas," ulas editorial Global Times

Baca juga : Kemenaker Terbitkan Surat Edaran Lindungi Buruh Dari Corona

Presiden AS Donald Trump sebelumnya juga pernah mengakui, dirinya menelepon PM India Narendra Modi pada akhir bulan lalu. Keduanya membahas soal sengketa perbatasan itu. Namun, klaim itu dibantah pemerintah India. Kementerian Luar Negeri India mengatakan, Modi belum berbicara dengan Trump setelah 4 April, ketika kedua pemimpin membahas pengiriman hydroxychloroquine dari India.

Kemarin, Trump juga mengeluarkan pernyataan. Dia menyatakan, AS tidak akan menjadi mediator untuk menengahi konflik India-China. Namun, dia tetap memantau perkembangan konflik tersebut

Sementara itu, PM Narendra Modi menegaskan, India menginginkan perdamaian. Namun, juga akan mempertahankan kedaulatan mereka. "India menginginkan perdamaian. Namun ketika diprovokasi, India akan dan mampu memberikan balasan yang sesuai dalam keadaan apa pun. Mengenai masalah prajurit kami yang gugur, bangsa ini akan bangga bahwa mereka mati ketika melawan," tegasnya dalam sebuah pernyataan publik seperti dilansir Bloomberg, kemarin. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.