Dark/Light Mode

Bilang China Mau Bikin Pangkalan Militer Di Wilayah NKRI

Amerika Tak Mungkin Asbun

Kamis, 3 September 2020 07:21 WIB
Ilustrasi militer China. (Foto: AFP)
Ilustrasi militer China. (Foto: AFP)

 Sebelumnya 
China dikabarkan menggelontorkan dana sebesar 150 miliar dolar AS atau setara Rp 2.137 triliun per tahun. Dana itu bisa dipinjam negara peserta program tersebut untuk membangun infrastruktur mereka. Proyek OBOR disebut dapat menciptakan potensi keuntungan militer. Misalnya, akses PLA ke pelabuhan asing yang dipilih untuk memposisikan dukungan logistik yang diperlukan.

“Para pejabat China sangat mungkin menyadari, hubungan jangka panjang yang stabil dengan negara tuan rumah sangat penting untuk keberhasilan fasilitas logistik militer mereka,” kata Pentagon.

Baca juga : Al-Qaeda Masuki Utara, Militer Mali Lancarkan Kudeta

China segera membantah tudingan AS. Jubir Kementerian Luar negeri China Hua Chunying mengatakan, laporan itu sangat bias.

Anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin ikut mengomentari laporan Pentagon itu. Menurutnya, pembangunan fasilitas logistik militer PLA di di luar China mungkin saja terjadi. Tapi, dia mengingatkan, pendirian pangkalan militer negara asing dengan negara lain hanya mungkin dilakukan dengan kerjasama aliansi pertahanan penuh.

Baca juga : Fadli Zon Ngamuk Lagi

Untuk konteks Indonesia, pembangunan pangkalan logistik militer tersebut berlawanan dengan prinsip utama politik luar negeri bebas aktif “Sistem aliansi pertahanan tersebut tidak dimungkinkan dalam konteks politik luar negeri bebas aktif kita,” ujar Hasanuddin, kepada Rakyat Merdeka, semalam.

Guru Besar hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menegaskan, pembangunan fasilitas logistik militer China di Indonesia tak mungkin terwujud. “Karena politik luar negeri kita bebas aktif. Membangun pangkalan militer di RI berarti mengancam kebijakan luar negeri tersebut,” ujar Hikmahanto, tadi malam.

Baca juga : Aplikasi Asal China Akan Diblokir Di Amerika

Dia menyatakan, pernyataan Amerika itu memang harus dikaji. Namun, pernyataan Amerika juga tak serta merta selalu benar ketika menyajikan laporan atau data. “Sekarang banyak fake news. Terutama sejak Donald Trump jadi Presiden,” imbuhnya. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.