Dark/Light Mode

Trump Akui Ingin Bunuh Presiden Suriah Bashar al-Assad

Rabu, 16 September 2020 22:05 WIB
Presiden Suriah, Bashar al-Assad (kiri) dan Presiden AS, Donald Trump. [Foto: REUTERS]
Presiden Suriah, Bashar al-Assad (kiri) dan Presiden AS, Donald Trump. [Foto: REUTERS]

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui, dia pernah berniat membunuh Presiden Suriah Bashar al-Assad pada 2017 lalu.

Namun, akunya, dalam wawancaranya dengan program talk show media konservatif AS, Fox & Friends, presiden dari Partai Republik itu mengatakan, niatnya dicegah oleh Menteri Pertahanan saat itu, Jim Mattis.

Trump menjelaskan, dia bahkan sebenarnya sudah mempersiapkan sebuah operasi pembunuhan Bashar al-Assad. Pengungkapan itu memperkuat laporan jurnalis veteran AS, Bob Woodward dalam bukunya yang terbit pada 2018 berjudul "Fear: Trump in the White House".

Baca juga : BNI Dukung Program Bantuan Presiden Produktif Untuk UKM

Saat itu, presiden berusia 74 tahun ini ingin menyingkirkan Assad, setelah dia melancarkan serangan senjata kimia terhadap warga sipil pada April 2017. “Ayo bunuh dia! Ayo masuk (ke Suriah –red), dan bunuh semua bajingan itu," kata Trump kepada Mattis, seperti yang ditulis Woodward.

Namun, seperti dilansir media Inggris, The Guardian saat itu, para pejabat sekelilingnya menyatakan, langkah ini hanya akan berdampak negatif di masa depan. Jadi, Mattis hanya mengusulkan serangan udara skala kecil yang tidak akan membahayakan Assad.

Begitu buku Woodward diterbitkan, presiden ke-45 AS itu ternyata malah langsung membantahnya. “Itu (rencana pembunuhan -red) tidak terpikirkan,” jelasnya, pada 5 September 2018.

Baca juga : Trump Baru Mau, Biden-Harris Sudah Hubungi Keluarga Blake

Assad berkuasa di Suriah sejak Juli 2000 hingga sekarang. Pada tahun 2011, di Suriah pecah perang saudara yang berlanjut hingga kini.

Selama ini, pemerintahnya dituduh melakukan berbagai kejahatan, seperti penyiksaan, eksekusi di luar hukum, pemerkosaan, dan penggunaan senjata kimia kepada kelompok-kelompok penentangnya.

AS diketahui beberapa kali melakukan operasi pembunuhan musuh negaranya, karena dianggap efektif. Yang terakhir, adalah peristiwa 3 Januari 2020, ketika Jenderal Militer Iran, Qasem Soleimani tewas akibat serangan drone militer AS di Baghdad, Irak.

Baca juga : BNI Dukung Program Bantuan Presiden Produktif untuk Usaha Mikro

Menurut laporan surat kabar harian berbahasa Inggris yang diterbitkan di Arab Saudi, Arab News, jasad jenderal top Iran itu ditemukan hancur berkeping-keping, setelah digempur misil Hellfire R9X Ninja, yang diangkut drone pemburu MQ-9 Reaper yang dikendalikan dari jarak jauh.

Seorang politisi senior Iran mengatakan, jenazahnya hanya dapat diidentifikasi dari cincin ruby, yang ia kenakan di tangan kirinya. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.