Dark/Light Mode

Pulau Berkapasitas 100 Ribu Ditempati 1 Juta Orang

Pengungsi Rohingya Mengaku Dipukuli Tentara Bangladesh

Jumat, 9 Oktober 2020 18:05 WIB
Pengungsi Rohingya di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Coxs Bazar, Bangladesh. Kamp pengungsi ini dinilai sebagai kamp terbesar di dunia. [Foto ilustrasi: AFP]
Pengungsi Rohingya di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Coxs Bazar, Bangladesh. Kamp pengungsi ini dinilai sebagai kamp terbesar di dunia. [Foto ilustrasi: AFP]

 Sebelumnya 
Direktur Human Rights Watch untuk wilayah Asia, Brad Adams mengatakan, PBB sudah meminta izin untuk mengakses pulau penampungan ke pemerintah Bangladesh. Pasalnya, berbeda dengan kamp pengungsian lainnya, di Bhashan Char tidak ada perwakilan badan bantuan pengungsi PBB/UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) atau badan bantuan non pemerintah lainnya. "Kami belum mendapatkan izin untuk masuk ke sana," ujar Adams.

Aktivis Rohingya yang mendarat di Bhasan Char mengaku melihat 306 pengungsi. Sebanyak 30 di antaranya anak-anak, 97 orang laki-laki dan 179 perempuan. Mereka hidup tidak layak di sana.

Baca juga : Perempuan Jenggala: Ibu Berperan Penting Mendidik Anaknya Di Tengah Pandemi

"Kita tidak mendapatkan fasilitas apapun. Tidak ada sekolah, tempat makan, tempat tidur bahkan tidak ada mushala," keluh pengungsi lainnya.

Bulan lalu, sebuah kelompok yang terdiri dari 40 pemimpin Rohingya mengunjungi Bangladesh, dikirim ke Bhashan Char untuk menilai fasilitas di pulau kecil itu, tetapi jurnalis dan pembuat film yang berbasis di London, Shafiur Rahman mengatakan langkah-langkah seperti itu hanyalah untu keperluan pencitraan semata.

Baca juga : Sigap Tangani Pengungsi Rohingya, Indonesia Dipuji AS

Kepada Al Jazeera, Rahman menyatakan dia berbicara dengan anggota kelompok Rohingya tentang kesan perjalanan mereka ke pulau itu. Dia mengatakan, salah seorang mengatakan "Lebih baik balik ke Myanmar daripada tinggal di pulau tersebut."

Anggota lain dari kelompok itu menambahkan, “Bahkan jika kami tidak memiliki atap di Myanmar, kami masih bisa bertahan. Kami tidak ingin tinggal di dalam sangkar emas. Impian kami tetap untuk kembali ke tanah kami. Kembalikan tanah kami."

Baca juga : Aceh Harumkan Indonesia

Angkatan Laut Bangladesh dan Kantor Komisaris Bantuan dan Pemulangan Pengungsi masih belum menanggapi permintaan Al Jazeera mengenai pernyataan tersebut. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.