Dark/Light Mode

Pulau Berkapasitas 100 Ribu Ditempati 1 Juta Orang

Pengungsi Rohingya Mengaku Dipukuli Tentara Bangladesh

Jumat, 9 Oktober 2020 18:05 WIB
Pengungsi Rohingya di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Coxs Bazar, Bangladesh. Kamp pengungsi ini dinilai sebagai kamp terbesar di dunia. [Foto ilustrasi: AFP]
Pengungsi Rohingya di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Coxs Bazar, Bangladesh. Kamp pengungsi ini dinilai sebagai kamp terbesar di dunia. [Foto ilustrasi: AFP]

RM.id  Rakyat Merdeka - Para pengungsi Rohingya yang ditempatkan di Pulau Bhasan Char, Bangladesh melaporkan, mereka mengalami tindakan kekerasan oleh petugas setempat. Petugas di tempat tersebut memukuli dan membentak mereka yang melakukan aksi mogok makan.

Sebelumnya, para pengungsi Rohingya ini melakukan aksi mogok makan meminta tempat berlindung yang layak. Juga agar mereka diizinkan berkumpul dengan keluarga mereka yang ditempatkan di kamp pengungsian di tempat lain di Bangladesh.

Kabar pemukulan ini diketahui koresponden kantor berita Qatar, Al Jazeera, setelah para aktivis Rohingya menyerahkan sejumlah gambar tubuh pengungsi yang babak belur akibat dipukuli petugas pasukan Angkatan Laut Bangladesh. Aksi pemukulan itu bahkan tak pandang bulu. Tak hanya pria, tapi juga wanita, orang tua dan anak-anak, semuanya menjadi sasaran pemukulan.

Baca juga : Perempuan Jenggala: Ibu Berperan Penting Mendidik Anaknya Di Tengah Pandemi

"Kami tidak diberi makanan yang cukup, tidak ada pakaian, telepon," keluh seorang pengungsi Rohingya yang enggan namanya disebutkan.

Dia menggambarkan penyiksaan dan kondisi hidup mereka yang menyedihkan di Bhashan Char, bahkan jauh lebih buruk dari siksaan prajurit Myanmar.

Tahun lalu, Bangladesh membangun kamp pengungsian di Bhasan Char yang diperuntukkan menampung setidaknya 100 ribu pengungsi. Pulau yang berada si tenggara Bangladesh ini kondisinya sangat memprihatinkan, dengan tanah rawa dan sangat rawan terkena badai. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi pengungsi yang sangat padat, melebihan kapasitas. Kini, ada hampir 1 juta pengungsi Rohingya yang ditempatkan di pulau kecil itu.

Baca juga : Sigap Tangani Pengungsi Rohingya, Indonesia Dipuji AS

Pulau ini juga dikenal dengan nama Char Piya, terletak di Teluk Benggala, 37 mil dari pantai. Pulau ini dibentuk oleh endapan lumpur Himalaya pada 2006. Luasnya 40 kilometer persegi.

Demi menghindari penularan virus Corona, pemerintah Bangladesh memindahkan sejumlah pengungsi dari pulau utama menuju Bhasan Char pada Mei lalu. Namun, kondisi di Bhashan Shar malah makin menyedihkan.

"Kami belum makan selama empat hari. Karena kami ingin keluar dari pulau ini, kami melakukan mogok makan. Kami malah dipukuli," ujar seorang pengungsi yang terpisah dari keluarganya yang menetap di kamp pengungsian di Kutupalong.

Baca juga : Aceh Harumkan Indonesia

Banyak pengungsi Rohingya menyebut Bhasan Char lebih buruk dari penjara. "Beberapa di antara kami harus tidur di lantai beton. Kami tidak diberi makan dan tidak ada air untuk mandi," keluh pengungsi lainnya.

Kebanyakan pengungsi Rohingya kini mengalami masalah kulit karena minimnya fasilitas kebersihan. "Kami mogok makan. Dan kami dipukuli karena kami tidak boleh bertingkah seenaknya," adu pengungsi Rohingya lainnya.

Pengungsi Rohingya yang melakukan mogok makan ini berharap bisa segera dikembalikan ke kamp pengungsian Kutupalong dan bertemu keluarga mereka lagi. Kutupalong adalah kamp pengungsian terbesar di wilayah Coxs Bazar, Bangladesh.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.