Dark/Light Mode

Natal Yang Suram Bagi Pengrajin Aksesoris Natal Di Gaza

Kamis, 3 Desember 2020 15:58 WIB
Seorang perempuan Palestina mengerjakan boneka Santa Claus sebagai hadiah Natal di sebuah rumah kerajinan tangan, di Jalur Gaza utara, Palestina, Selasa (1/12/2020). [Foto: Reuters]
Seorang perempuan Palestina mengerjakan boneka Santa Claus sebagai hadiah Natal di sebuah rumah kerajinan tangan, di Jalur Gaza utara, Palestina, Selasa (1/12/2020). [Foto: Reuters]

RM.id  Rakyat Merdeka - Natal tahun ini tidak akan menjadi kemeriahan bagi para pengrajin hadiah Natal di Jalur Gaza, Palestina, kota yang mayoritas penduduknya Muslim. Kondisi Gaza yang di-lock down akibat pandemi virus Corona, mempersulit Asosiasi Koperasi Zeina untuk mengekspor hadiah Natal buatan tangan penduduk Gaza ke Eropa dan ke Kota Betlehem Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Setidaknya, ada 24 perempuan Muslim Palestina, kebanyakan dari mereka mengenakan jilbab, yang bekerja di tempat itu untuk membuat miniatur pohon Natal, boneka corak merah-putih, dan boneka Santa Claus.

Namun tahun ini penjualan turun setengahnya, setelah kenaikan penjualan pada liburan tahun lalu. Situasi pandemi turut menghancurkan rencana ekspansi dan mengubah strategi bisnis.

Baca juga : KPK Tahan 2 Tersangka Kasus Suap Pengadaan Perangkat TI di Bakamla

"Kami beralih dari pasar internasional ke pasar lokal," kata Haneen Alsammak, Manajer Eksekutif Koperasi, yang bertujuan memberdayakan perempuan di Jalur Gaza, seperti dikutip Reuters.

Selain mainan dan boneka bertema Natal, tempat ini juga menawarkan hadiah Hari Raya Muslim. Beberapa boneka produk mereka digunakan untuk mendidik anak-anak tentang pandemi dan untuk mempromosikan perilaku non kekerasan di masyarakat.

"Kami telah mencoba melakukan perubahan pada beberapa produk kami untuk menyesuaikan dengan situasi saat ini, ketika kami hidup di tengah (wabah) virus corona," tambahnya.

Baca juga : Mantap! Purwakarta Raih Penghargaan Natamukti Lagi Dari Kemenkop UKM

Tetapi dengan penurunan penjualan, "para perempuan pekerja jadinya hanya datang setiap dua hari sekali", kata Laila Tayeh, seorang desainer produk.

Gaza, di bawah pengepungan Israel sejak 2007, telah mencatat sekitar 22.000 orang terinfeksi virus corona, dan 118 orang meninggal, sebagian besar terjadi sejak Agustus. Ada kekhawatiran bahwa wabah akan meluas di daerah kantong berpenduduk padat, 2 juta orang, dan banyak dari mereka yang hidup dalam kemiskinan.

Sekitar 1.000 warga Gaza beragama Kristen, kebanyakan penganut Kristen Ortodoks Yunani. Mereka merayakan Natal setiap bulan Januari. [RSM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.