Dark/Light Mode

Hidup Susah, Korut Tetap Tolak Mentah-mentah Tawaran AS

Kamis, 18 Maret 2021 23:38 WIB
Pertemuan antara Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Korea Selatan Chung Eui-yong. (Foto AP Photo/Lee Jin-man)
Pertemuan antara Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Korea Selatan Chung Eui-yong. (Foto AP Photo/Lee Jin-man)

RM.id  Rakyat Merdeka - Korea Utara (Korut) mengabaikan tawaran Amerika Serikat (AS) untuk melakukan pembicaraan mengenai program nuklirnya. Korut menganggap, kebijakan bersifat permusuhan Washington mempersulit negosiasi soal program nuklir pyongyang itu.

Sikap itu diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Korut Choe Son-hui, Kamis (18/3/2021), beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri AS Anthony J Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Korea Selatan bertemu di Seoul untuk pembicaraan bersama pertama mereka dalam lima tahun untuk membahas program nuklir Korea Utara.

Menurut Choe, tawaran AS hanyalah teori gila dan retorika tak berdasar. Korut menegaskan, tak akan menyetujui tawaran maupun dialog sebelum AS membatalkan kebijakan bermusuhannya. "Makanya, kami juga akan mengabaikan upaya seperti itu dari AS di masa mendatang," ucap Choe.

Baca juga : Demokrat Tegaskan Tidak Melawan Negara

AS, kata Choe  berupaya menghubungi Korut dengan berbagai cara. Termasuk melalui surat elektronik dan pesan telepon. Bahkan, katanya, pada malam saat latihan militer AS-Korea Washington mengirim pesan memohon Korut untuk menanggapi permintaannya melalui negara ketiga. "Hanya akan membuang-buang waktu untuk duduk dengan AS," tegas Choe.

Diplomasi AS terkait nuklir Korut menemui jalan buntu selama dua tahun terakhir. Penyebabnya adalah, perselisihan terkait sanksi yang dilakukan sejumlah negara sekutunya. Para ahli menyebut, saat ini AS sedang mempertimbangkan pembekuan program nuklir Korut, dengan imbalan melonggarkan sanksi.

Sejumlah ahli menyebut, Korut bersikeras menuntut pelonggaran sanksi. Jika tidak, maka mereka mengancam akan semakin meningkatkan uji coba rudal. Tuntutan ini menyusul susahnya kondisi negara komunis itu. Perekonomian Korut bisa dikatakan mati di bawah tekanan sanksi, ditambah dengan adanya pandemi Covid-19, dan sejumlah bencana alam.

Baca juga : Kasus Corona Tembus 1 Juta, Bamsoet Minta Pemerintah Jaga Kemampuan RS Rawat Pasien

Awal pekan ini, Kim Yo-jong, saudara perempuan pemimpin Korut Kim Jong-un, mengancam putus hubungan dengan Korea Selatan, serta memperingatkan AS untuk menahan diri. Yo-jong juga mengkritik latihan militer AS-Korea Selatan yang dipandang sebagai latihan invasi.

Sebelumnya, Menlu AS Antony J Blinken mengatakan, selama kunjungan ke Tokyo, Jepang, awal pekan ini, Washington telah berusaha menjangkau Korut melalui beberapa cara. Termasuk di New York. Tapi, belum menerima tanggapan apa pun.

Ketika bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chung Eui-yong pada hari Rabu (17/3), Blinken menyebut, AS akan bekerja dengan sekutu untuk mencapai denuklirisasi Korut. Yang mereka sebut sebagai prioritas aliansi.

Baca juga : Listyo Tawarkan Kebaruan

Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin melakukan perjalanan luar negeri pertama tingkat menteri sejak Biden menjabat, Januari lalu. Biden mendorong pemulihan aliansi akibat pendekatan "America First" pendahulunya, Donald Trump. Biden juga mendukung kepemimpinan AS di panggung dunia dalam menghadapi tantangan dari China.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.