Dark/Light Mode

Ini Fakta Seputar Triple Mutasi B.1.618, Tersangka Lonjakan Kasus Covid Di India

Sabtu, 24 April 2021 09:39 WIB
Ilustrasi virus Covid-19 (Foto: Net)
Ilustrasi virus Covid-19 (Foto: Net)

 Sebelumnya 
Melalui akun Twitter-nya, Peneliti Council of Scientific and Industrial Research's Institute of Genomic and Integrative Biology (CSIR-IGIB) di New Delhi, Vinod Scaria menjelaskan, urutan paling awal dari varian ini, diisolasi pada 25 Oktober 2020, dalam sampel seorang pasien di Benggala Barat. Deteksi akhir, 17 Maret 2021.

Varian ini juga terlacak di AS, Singapura, Swiss, dan Finlandia.

Kecepatan Penularan

Vinod Scaria mengungkap, triple mutant variant tumbuh lumayan signifikan di Benggala Barat dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga : BGS Yakin, Kalau Prokes Dipatuhi, Lonjakan Kasus RI Nggak Bakal Kayak India

Masih banyak yang belum diketahui secara pasti dari varian ini, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut.

Dalam laporannya, The Hindu mengatakan triple mutant variant sepertinya mewakili 15 persen genom di Benggala Barat dalam periode Januari-Maret 2021.

Seberapa bahaya?

Jawaban pasti untuk pertanyaan ini belum bisa diberikan, mengingat belum ada penelitian yang memadai tentang triple mutant variant.

Baca juga : Menkes: Jangan Ada Lonjakan Kasus Lagi, Jangan Sampai Kerja Keras Kita Sia-sia

Namun, para ahli mengatakan, varian Covid-19 yang saat ini bisa lebih cepat menular, ketimbang varian lainnya.

"Ini adalah varian yang lebih mudah menular. Varian yang banyak membuat orang jatuh sakit," kata Profesor Epidemiologi di McGill University, Dr.Madhukar Pai dalam wawancaranya dengan NDTV.

Dalam utas Twitter-nya, Vinod Scaria mengatakan, masih belum diketahui apakah triple mutant variant ini dapat menyebabkan infeksi ulang, dan berpengaruh terhadap efikasi vaksin. Juga belum dapat diketahui, apakah seseorang yang telah divaksin masih dapat terinfeksi varian ini.

Pengaruh Terhadap Efikasi Vaksin

Baca juga : Indonesia Ogah Kecolongan

Para ahli khawatir, varian baru tersebut dapat berdampak pada kemanjuran vaksin, karena memiliki mutasi besar  E484K, yang sukses melepaskan diri dari jerat antibodi. 

Bisa saja, ini membahayakan kemanjuran vaksin. E484K juga ditemukan dalam varian virus Brasil dan Afrika Selatan.

"Anda bisa saja sulit menghindar dari varian ini, sekalipun sudah terinfeksi varian Covid lain, atau telah divaksinasi,"  kata Sreedhar Chinnaswamy dari Institut Nasional Genomedis Biomedis (NIBG) kepada The Times of India.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.