Dark/Light Mode

Korban Tewas Bom Paskah Tembus 359, Intelijen Sri Lanka Memble

Rabu, 24 April 2019 15:33 WIB
Pendeta tampak sedang memimpin doa dalam pemakaman massal korban bom Paskah di Negombo, Sri Lanka, Rabu (24/4). (Foto:  AP Photo/Gemunu Amarasinghe)
Pendeta tampak sedang memimpin doa dalam pemakaman massal korban bom Paskah di Negombo, Sri Lanka, Rabu (24/4). (Foto: AP Photo/Gemunu Amarasinghe)

RM.id  Rakyat Merdeka - Korban tewas bom Paskah yang mengguncang Sri Lanka pada Minggu (21/4), pada hari ini, Rabu (24/4), dilaporkan  tembus ke angka 359. Sebelumnya, pada Selasa (23/4), Juru Bicara Polisi Ruwan Gunasekera menyebutkan korban jiwa berjumlah 321 orang, dan korban cedera 500 orang. 

Tak hanya jumlah korban jiwa, tersangka kasus ini juga bertambah. Dari semula 18, menjadi 58. 

Tragedi kemanusiaan paling mengenaskan di Asia Selatan sejak perang sipil 10 tahun lalu ini, tentu saja sangat mengenaskan. Terlebih, pemerintah Sri Lanka terkesan kurang menyadari ancaman ini. Sistem intelijen mereka, seakan tidak bekerja. 

Baca juga : Sri Lanka: Ledakan Aksi Balasan Penembakan Masjid Selandia Baru

"Unit intelijen sebenarnya telah mengetahui serangan ini. Sekelompok orang telah mendapat informasi akan adanya serangan yang akan datang. Namun, informasi itu hanya beredar di kalangan tertentu saja," ujar Menteri Pertahanan Sri Lanka, Riwan Wijewardene. 
 
Dalam pidatonya pada Selasa (23/4) malam, Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena mengaku tidak mendapat informasi apa pun terkait serangan yang direncanakan. Ia berjanji akan mengambil tindakan tegas terhadap para pejabat yang tidak menyampaikan informasi tersebut, dan merestrukturisasi pasukan keamanannya. 

Fakta ini disesalkan Duta Besar AS untuk Sri Lanka, Alaina Teplitz. "Ada sistem yang gagal di negara ini. Kami sama sekali tidak mendapatkan informasi apa pun, terkait ancaman bom tersebut. Saat ini, kami telah menerjunkan agen FBI dan staf militer AS untuk menginvestigasi kasus ini," tutur Teplitz, seperti dikutip AP, Rabu (24/4). 

Serangan balasan

Baca juga : Tiga Anak Miliarder Denmark Tewas Dalam Ledakan Di Sri Lanka

Wijewardene juga mengatakan, pemerintah memiliki bukti bahwa pemboman itu dilakukan "oleh kelompok fundamentalis Islam" sebagai pembalasan atas penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru yang menewaskan 50 orang, 15 Maret silam. Namun, ia tak mengungkapkan bukti.

Kelompok ekstremis lokal, National Towheed Jamaar, yang dipimpin Mohammed Zahran atau Zahran Hashmi juga disebut-sebut turut bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Terkait hal ini, Teplitz menolak membahas apakah pihaknya pernah mendengar nama National Towheed Jamaar ataupun Mohammed Zahran, atau Zahran Hashmi. "Jika kita mendengar sesuatu, kita akan mencoba melakukan sesuatu tentang ini," kata Teplitz.

Terpisah, PM Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan kepada para wartawan di Auckland, pada Rabu (24/4), bahwa dia tidak mendapat berita resmi dari Sri Lanka, atau melihat laporan intelijen untuk mendukung pernyataan tersebut. Namun, Ardern menambahkan, saat ini Sri Lanka sedang berada dalam tahap awal penyelidikan. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.