Dark/Light Mode

PM Baru Israel Naftali Bennett Dibenci Palestina, Diselamatin Joe Biden

Senin, 14 Juni 2021 08:35 WIB
PM Israel Naftali Bennett yang menggantikan Benjamin Netanyahu. (Foto Reuters)
PM Israel Naftali Bennett yang menggantikan Benjamin Netanyahu. (Foto Reuters)

RM.id  Rakyat Merdeka - Para pemimpin dunia mengucapkan selamat kepada Perdana Menteri baru Israel, Naftali Bennett, yang resmi menggantikan Benjamin Netanyahu setelah kabinetnya disahkan oleh parlemen pada Minggu (13/6).

Joe Biden sebagai pemimpin negara sekutu utama Israel, Amerika Serikat, langsung mengucapkan selamat lewat telepon tak lama setelah parlemen selesai melakukan penghitungan suara.

"Saya mengucapkan selamat kepada Perdana Menteri Naftali Bennett, Perdana Menteri Selanjutnya sekaligus Menteri Luar Negeri Yair Lapid, dan semua anggota kabinet baru Israel," ujar Biden seperti dikutip AFP.

"Israel tak punya teman yang lebih baik selain Amerika Serikat," imbuh Biden.

Bennett merespons ucapan selamat itu dengan kicauan di Twitter berbunyi, "Terima kasih, Presiden! Saya tak sabar bekerja sama dengan Anda untuk memperkuat hubungan antara kedua negara."

Selain Biden, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, juga mengucapkan selamat kepada Naftali Bennett. Namun dalam ucapan itu, Trudeau menegaskan dukungannya untuk solusi dua negara dalam mengatasi konflik Israel dengan Palestina.

"Kanada dan Israel merupakan teman dekat yang berbagi nilai demokrasi, sejarah panjang kerja sama, dan ikatan antar-warga yang kuat," pernyataan dari kantor Trudeau.

Baca juga : Dibombardir Israel, Palestina Minta Bantuan Kemanusiaan Ke PBB

 "[Kanada] tetap pada komitmennya untuk solusi dua negara, dengan Israel dan Palestina hidup dalam damai, aman, dan hormat tanpa ketakutan dan dengan HAM yang dihormati."

Sementara itu, Presiden Dewan Uni Eropa, Charles Michel, juga menyampaikan ucapan selamat kepada Bennett melalui Twitter.

"Selamat kepada Perdana Menteri @naftalibennett dan PM Selanjutnya sekaligus Menlu @yairlapid setelah disumpah menjadi pemerintahan baru Israel. Kami ingin memperkuat hubungan UE dan Israel demi kesejahteraan bersama juga perdamaian dan stabilitas kawasan," tulis Michel.

Tak hanya Michel, sejumlah pemimpin negara Eropa lain, seperti PM Inggris, Boris Johnson, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, juga mengucapkan selamat kepada Bennett.

Bennett resmi menjadi PM setelah parlemen Israel, Knesset, menerima kabinet pemerintahan usulan kubu pesaing Netanyahu dalam pemilu lalu, Yair Lapid, pada Minggu (13/6).

Dalam pemungutan suara pada Minggu sore, Bennet berhasil menang tipis suara dengan dukungan 60-59 dari total 120 anggota Knesset menyetujui pembentukan pemerintahan baru tersebut.

Kabinet baru itu terdiri dari koalisi delapan partai, yakni Partai Ra'am, Partai Buruh, Partai Putih dan Biru, New Hope, Meretz, Yisrael Beiteinu, dan Yamina. Koalisi yang dinamakan Kabinet Perubahan tersebut dipimpin mantan wartawan yang juga eks Menteri Keuangan Israel, Yair Lapid, dan partainya, Yesh Atid.

Baca juga : Biden Sama Edannya

Berdasarkan kesepakatan koalisi, politikus sayap kanan dan pemimpin Partai Yamina, Naftali Bennett, menjadi perdana menteri menggantikan Netanyahu selama dua tahun ke depan. Setelah itu, kursi PM akan dialihkan kepada Lapid.

Bennett, keturunan imigran AS merupakan politikus nasionalis garis keras. Sebelum terjun ke dunia politik pada 2013, miliarder berusia 49 tahun itu pernah merantau ke New York dan mendirikan perusahaan rintisan, Cyota, pada 1999. Ia dan perusahaannya membuat aplikasi perangkat lunak anti-penipuan. Namun, pada 2005, Bennett menjualnya itu ke perusahaan keamanan AS senilai 145 juta dolar AS atau Rp2 triliun.

Sejumlah pihak menilai kepemimpinan Bennett tak akan membantu mencerahkan prospek perdamaian Israel-Palestina. Warga Palestina bahkan menganggap kepemimpinan Bennett sebagai pukulan yang semakin menjauhkan mereka dari harapan perdamaian dengan Israel dan kemerdekaan.

Sebab, selama ini Bennett dikenal penentang solusi dua negara dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina. Solusi dua negara merupakan salah satu gagasan perdamaian yang selama ini didukung komunitas internasional. Yakni Israel dan Palestina masing-masing mendirikan sebuah negara merdeka yang hidup berdampingan secara damai.

"Selama saya memiliki kekuatan dan kendali, saya tidak akan menyerahkan satu sentimeter pun tanah Israel," kata Bennett dalam sebuah wawancara pada Februari 2021.

Dikutip Reuters, Bennett bahkan pernah mengatakan, pembentukan negara Palestina merupakan tindakan bunuh diri bagi Israel. Ia beralasan hal itu terkait faktor keamanan warga Israel.

Pada 2013, Bennett juga pernah berpidato dan menyebutkan "warga Palestina yang merupakan teroris" harus dibunuh daripada dibebaskan.

Baca juga : Bela Palestina, PKS Berani Sentil Joe Biden

"Saya telah membunuh banyak orang Arab di hidup saya, dan itu tidak masalah," katanya dikutip Anadolu.

Ketika menjabat sebagai Menteri Pertahanan Israel era Netanyahu, Bennett juga pernah menentang penghentian rencana aneksasi Tepi Barat, Palestina. Namun, rencana pencaplokan Tepi Barat itu akhirnya dibatalkan setelah Israel menormalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab.

Selama ini Bennett juga memiliki pendekatan garis keras untuk menghadapi ancaman milisi di Palestina, termasuK Hamas. Ia menolak kesepakatan gencatan senjata Israel dengan Hamas, penguasa Jalur Gaza, pada 2018.[MEL]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.