Dark/Light Mode

Lari Dari Taliban, Ribuan Pengungsi Banjiri Ibu Kota Afghanistan

Tidur Di Pinggir Jalan, Stok Makanan Habis, Please Help

Minggu, 15 Agustus 2021 05:20 WIB
Pengungsi dari provinsi utara, yang melarikan diri dari rumah mereka karena pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan, berlindung di Taman Taman Shahr-e-Naw di Kabul, 10 Agustus. (Foto :REUTERS/Stringer).
Pengungsi dari provinsi utara, yang melarikan diri dari rumah mereka karena pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan, berlindung di Taman Taman Shahr-e-Naw di Kabul, 10 Agustus. (Foto :REUTERS/Stringer).

RM.id  Rakyat Merdeka - Puluhan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka di Afghanistan utara. Demi menghindari pertempuran yang terjadi di kota hingga desa mereka ketika pasukan Pemerintah berusaha menghadang pemberontak Taliban. Para pengungsi yang didominasi anak-anak dan perempuan itu, menunggu uluran tangan dan bantuan dari dunia. Please help them

Umumnya para pengungsi datang dari kawasan utara, yang tidak pernah dikuasai Taliban, saat mereka dulu memerintah di Afghanistan. Lokasi itu menjadi jantung pasukan tentara koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS).

Baca juga : Presiden Afghanistan Cari Bantuan Panglima Perang

Keluarga pengungsi itu mem­banjiri Ibu Kota Afghanistan, Kabul, dengan makanan dan pasokan air terbatas. Dilansir Associated Press (AP), mereka mengatakan, telah terperangkap dalam baku tembak tersebut dan berusaha menyelamatkan diri.

“Beberapa pengungsi mengatakan, ketika Taliban berhasil menguasai kota-kota, mereka memburu dan membunuh kerabat polisi. Lalu dengan cepat menerapkan pembatasan kepada para perempuan,” pemberitaan AP pada 10 Agustus lalu.

Baca juga : PPKM Darurat, Jumlah Penumpang Di Bandara Angkasa Pura I Anjlok 76 Persen

Kekejaman semacam itu telah memicu ketakutan atas potensi pengambilalihan Taliban atas Afghan­istan. Namun warga juga merasa antipati terhadap Pemerintah.

Fawzia Karimi melarikan diri ke Kabul dari Kunduz, salah satu kota terbesar di Afghanistan, yang jatuh ke tangan Taliban. Perempuan lima anak itu mengatakan, pasu­kan pemerintah tidak berperang ketika gerilyawan Taliban me­nyerbu distrik tempat dia tinggal.

Baca juga : Keok Hadapi Taliban, Presiden Afghanistan Sowan Ke Biden

Tetapi pasukan itu malah mengebom daerah permukiman warga yang berada dalam kendali Taliban. “Jika pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa, seharusnya menghentikan pemboman dan membiarkan Tali­ban berkuasa,” katanya.

Karimi pergi bersama kelima anaknya ketika serangan udara menghantam rumah tetangganya. Putranya yang berusia 16 tahun tewas dalam baku tembak tiga bulan lalu itu. Suaminya tetap tinggal di Kunduz.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.