Dark/Light Mode

Saksi Sejarah Kemerdekaan Di Karachi

Perjuangan Pakistan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Minggu, 22 Agustus 2021 23:38 WIB
Konjen RI Karachi, June Kuncoro Hadiningrat (tengah) berbicang dengan Angku Muhammad Said dan Mak Ros. (Foto KJRI Karachi)
Konjen RI Karachi, June Kuncoro Hadiningrat (tengah) berbicang dengan Angku Muhammad Said dan Mak Ros. (Foto KJRI Karachi)

 Sebelumnya 
Diketahui, Presiden Soekarno melakukan kunjungan ke Pakistan sebanyak empat kali. Pertama pada 1950 sebagai bentuk dukungan dan pengakuan Indonesia atas kemerdekaan Pakistan, kemudian pada 1958, 1963, dan 1964.

 
Konjen RI Karachi, June Kuncoro (kiri) berbincang dengan Muhammad. (Foto KJRI Karachi)

Menjelang HUT Kemerdekaan Indonesia, pada 2 Agustus lalu, Konsul Jenderal RI Karachi, Dr June Kuncoro Hadiningrat bertemu dengan beberapa keluarga dari tentara Muslim BIA. Mereka berasal dari Indonesia dan ikut pulang ke Pakistan dan menetap di Karachi sampai saat ini. Di antaranya Muhammad Yunus, anak dari mendiang Mohamad Sadik, mantan tentara Muslim BIA.

Ibunya bernama Aisyah Bibi, merupakan WNI yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. Menariknya, Muhammad Yunus beserta saudaranya memiliki nama panggilan khas sunda seperti Ujang, Dadang, Euis dan masih bisa berbicara Bahasa Indonesia.

Baca juga : Dukcapil Ajak Masyarakat Jaga Kemerdekaan Dengan Terus Tunjukkan Prestasi

 

Selain itu, Konjen RI Karachi juga bertemu dengan ‘’Mak Ros’’ panggilan khas Rusminah, yang merupakan istri dari mendiang Kalam Ilahi mantan tentara muslim BIA serta ‘’Angku’’ Panggilan khas untuk Muhammad Said yang merupakan anak mendiang Shardar Khan.

Baca juga : Gebyar Kemerdekaan HUT RI Ke-76 Gaungkan Kreativitas Dan Inovasi Anak Negeri Di Paris

Keduanya datang ke Pakistan pada 1953, bersamaan dengan program bantuan pemulangan ex-tentara BIA oleh Pemerintah Indonesia untuk kembali berkumpul dengan keluarganya di Pakistan. Keduanya saat ini telah berstatus warga Negara Pakistan.

Menurut Angku, ada banyak WNI yang merupakan keluarga dari ex-tentara BIA yang kemudian menetap di Karachi, namun ketika tiba langsung berpencar dan saat ini sudah banyak yang meninggal. Pada 1964, Presiden Soekarno juga sempat mengumpulkan seluruh mantan pejuang BIA beserta keluarga di Wisma Indonesia.

Setiap tahunnya sebelum pandemi Covid-19, semua ex tentara BIA dan keluarga yang masih hidup di undang mengikuti upacara HUT RI dan menerima penghargaan dari KJRI Karachi. Tahun ini, KJRI Karachi berencana akan menerbitkan sebuah buku tentang Sejarah Indonesia di Karachi, termasuk kisah tentara Muslim BIA dan Keluarganya di Karachi.

Baca juga : Wakil Ketua MPR: Kemerdekaan Bukan Sekadar Seremoni

Diharapkan dengan terbitnya Buku ini nanti akan menjadi bagian dari pembelajaran sejarah bagi para generasi muda, baik Indonesia maupun Pakistan tentang kedekatan hubungan kedua negara.[MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.