Dark/Light Mode

Serial Diskusi FPCI-Kedubes AS

Perubahan Iklim Sudah Jadi Krisis, Saatnya Aksi Bersama

Jumat, 1 Oktober 2021 13:00 WIB
Serial Diskusi FPCI-Kedubes AS Perubahan Iklim Sudah Jadi Krisis, Saatnya Aksi Bersama

RM.id  Rakyat Merdeka - Serial Diskusi FPCI-Kedubes AS Perubahan Iklim Sudah Jadi Krisis, Saatnya Aksi Bersama Wilayah perkotaan jadi salah satu yang menghadapi masalah serius isu perubahan iklim. Bahkan, krisis iklim bisa mengakibatkan sejumlah kota-kota besar di dunia tenggelam.

Duta Besar Amerika Serikat (Dubes AS) untuk Indonesia Sung Kim menyebut, perubahan iklim telah menjadi sebuah krisis. Pemerintahan AS pimpinan Presiden Joe Biden pun, kata dia, telah berkomitmen menghadapi krisis ini. Untuk itu, AS telah mengumumkan kebijakan berani demi merealisasikan komitmen ini.

Kebijakan tersebut bertujuan untuk memodernisasi kota, dengan infrastruktur berdaya tahan iklim. Juga membangun masa depan energi bersih dan menciptakan lapangan kerja baru.

"Seperti yang dikatakan Presiden Biden, kita harus bertindak sekarang. Waktu hampir habis," ujar Kim, dalam diskusi virtual yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Kamis malam (30/9/2021).

Baca juga : Prokes Di Kelas Ketat, Bubaran Sekolah Jangan Berkerumun

Acara seri dialog ini merupakan kerjasama FPCI dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat. Sesi pertama kali ini mengangkat tema “Climate Heroes: Be A Hero. Go Net-Zero”. Hadir sebagai narasumber, Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta (Indonesian Climate Hero) dan Aniruddha Dasgupta, Presiden dan CEO World Resources Institute (United States Climate Hero).

Acara yang dibuka oleh Sung Y Kim, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia dan dimoderatori langsung oleh pendiri dan Ketua FPCI, Dino Patti Djalal ini, juga bisa dilihat pada link YouTube: Climate Heroes - Sinking Cities and the Climate Emergency: Jakarta and Beyond (EN): https://www.youtube.com/watch?v=UDWya0KMqbM

Lebih lanjut, Dubes Kim menyatakan, saat ini semua pihak harus meningkatkan ambisi, dan mau berkomitmen membantu penyebaran energi bersih, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar.

Memerangi krisis iklim global, ujarnya lagi, memerlukan komitmen global dan juga nasional yang ambisius. Dalam dekade ini, dunia perlu mengurangi emisi setidaknya 45 persen pada 2030. Ini agar berada pada jalur yang kredibel menjadi nol bersih pada 2050.

Baca juga : Kalau Produk Makanan Bayi Sudah Dapat Izin BPOM, Bunda Tak Perlu Cemas

"Dapat menjaga suhu global sesuai target dalam Konferensi Para Pihak di Paris. Yakni 1,5 derajat celcius," ujarnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Utusan Khusus AS untuk Negosiasi Nuklir Korea Utara itu menambahkan, jika bisa mencapai tujuan itu, maka dapat membantu mengurangi dampak destabilisasi, perpindahan atau konflik migrasi akibat iklim.

"Ini juga akan dapat memitigasi kenaikan permukaan air laut, yang mengancam kota-kota seperti Jakarta," ucapnya.

Di Indonesia, Kedubes AS di Jakarta telah menghimbau secara intens Pemerintah Indonesia, untuk meningkatkan ambisi secara kolektif. Pihaknya bahkan siap berdialog dalam kerangka kerja iklim, yang fokus pada empat isu kunci perubahan iklim.

Baca juga : Wagub DKI Siap Jatuhi Sanksi Buat Gerai McD

"Yaitu, pengurangan emisi, tujuan nol bersih dalam jangka panjang, ekosistem alam dan daya guna lahan, serta energi terbarukan dan pembiayaan hijau," jelasnya.

Menurut Kim, sejauh ini, ada sejumlah kemajuan yang telah dicapai Indonesia. Terutama dalam sektor kehutanan dan daya guna lahan. Juga menghentikan deforestasi, yang jadi salah satu penyumbang utama gas rumah kaca. Bahkan, hingga ke tingkat terendah dalam 20 tahun.

Indonesia, sambungnya, juga baru-baru ini mengumumkan akan berpartisipasi dalam ikrar metana global, yang didukung AS dan Eropa, untuk mengambil langkah-langkah mengurangi emisi gas metana. "Gas metana berkontribusi sekitar 13 persen terhadap total gas rumah kaca Indonesia," terangnya.

Komitmen Indonesia untuk mengikuti ikrar ini, tambah Kim, merupakan bukti, bahwa Indonesia bisa menjadi pemimpin iklim global. "Tentu saja ada lebih banyak hal yang harus kita lakukan. Tapi kami yakin, kita akan melewati krisis ini secara bersama-sama," katanya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.