Dark/Light Mode
Tinjauan Haji Dalam Berbagai Dimensi
Dimensi Spiritual (4): Perspektif Hakekat
Sebelumnya
Selanjutnya, bermalam di Muzdalifah sambil memungut batu-batu kecil untuk persiapan keesokan harinya untuk melempar jumrah. Setelah itu dilanjutkan dengan thawaf dan sa’i di Masjid Haram. Ini semua melambangkan rangkaian suluk dan sayr (perjalanan spiritual menuju Tuhan).
Kalangan ahli hakekat bukan hanya ber-tawajjuh dengan Ka’bah, tetapi Sang Penghuni Ka’bah. Bagaimana tidak menangis dalam shalat dan di setiap arena haji, karena ia begitu terharu menghadapkan berbagai lapis dirinya melakukan penyembahan, sebagaimana dilafazkan di dalam surah al-Fatihah: Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin.
Baca juga : Menghayati Semiotika Haji
Sang Pemilik dan Penghuni Ka’bah tampil sebagai pihak kedua (Mukhathab), tidak lagi tampil sebagai pihak ketiga. Ayat itu tidak mengatakan: Iyyaahu na’budu wa iyyaahu nasta’in (Hanya Dia yang kami sembah dan hanya Dia tempat kami mohon pertolongan).
Suasana tawajjuh seperti ini sang hamba melakukan penyembahan (ta’abbud) dan Tuhan memberikan pertolongan (isti’aanah). Saat hamba melakukan ta’abbud, maka saat itu hamba mendaki (taraqqi).
Baca juga : Perspektif Tarekat
Ketika hamba melakukan taraqqi, maka pada saat bersamaan Tuhan turun (tanazul) untuk menjumpai hamba-Nya. “Siapa yang mendekati-Ku sejengkal maka Aku akan mendekatinya sesiku. Siapa yang mendekatiku sesiku maka Aku akan mendekatinya sedepa. Barangsiapa mendekatiku berjalan maka Aku akan mendekatinya berlari”, dan seterusnya. Demikian firman Allah dalam hadis Qudsi. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.