Dark/Light Mode

Tinjauan Haji Dalam Berbagai Dimensi Spiritual (4):

Menghayati Semiotika Haji

Sabtu, 9 Juli 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Haji sangat kaya dengan peristiwa simbolik. Siapapun yang ingin merasakan nikmatnya haji dan umrah sebaiknya memahami simbol-simbol yang ada di dalamnya. Untuk memahami arti simbol diperlukan sebuah pendekatan khusus yang dikenal sebagai pendekatan semiotik, yakni sebuah metode yang bisa mengantarkan kita tentang makna berbagai simbol secara komprehensif.

Haji sebagai lambang drama kosmik, yang menceritakan jatuhnya nenek moyang kita Adam dari syurga kenikmatan ke bumi penderitaan melibatkan pemeran utama yaitu malaikat, iblis, Adam, Hawa, Ibrahim, Ismail, Hajar, Nabi Muhammad SAW. 

Baca juga : Perspektif Tarekat

Selama ini, kita secara lugu memahami drami ini sebagai peristiwa faktual sebagaimana ditemukan di dalam kitab-kitab tafsir sunny mu'tabarah. Di sana, ada Iblis sebagai aktor paling berpengaruh menyebabkan per­istiwa kejatuhan itu terjadi. Paling jauh kita difahamkan bahwa drama kosmik ini pelajran penting bagi anak cucu Adam agar jangan jatuh di lubang yang sama. Jika ingin kembali ke syurga yang pernah dicicipi nenek moyang kita, maka kita harus mengikuti ajaran Islam yang berisi tuntunan, perintah, dan larangan.

Al-Qur'an turun ke bumi untuk mengembalikan manusia ke kampung halamannya di syurga. Tidak ada artinya kita membu­mikan Al-Qur'an jika tidak mampu melangitkan manusia.

Baca juga : Esensi Haji

Abd Razzaq al-Kasyani, dalam kitab al-Ta'wilat-nya berpendapat bahwa drama kosmik itu lebih bermakna meta­foris. Para aktor dan pemeran utama yang terlibat di dalam drama tersebut bukan figur personal, tetapi lebih bermakna simbolis-metaforis. Kasani tidak menafikan makna ekso­terik. Namun, ia sendiri lebih menekankan makna esoterik ayat-ayat drama kosmik, tetapi tersebut.

Kasyani mengonotasikan Adam dengan hati (qalb), Hawa dikonotasikan dengan jiwa (nafs), dan Iblis dikonotasikan dengan intuisi indrawi (wahm). Adam dikonotasikan dengan hati atau kalbu karena ia telah diajarkan nama-nama semuanya (wa 'allam Adam al-asma' kullaha). Dengan demikian Adam menjadi maklum akan ciri dan identitats benda-benda serta manfaat, resiko, dan bahayanya. Hawa dikonotasikan jiwa atau nafsu, sehingga sering menjadi kata majmuk hawa-nafsu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.