Dark/Light Mode

Trend Islam di AS (84)

Mahalnya Sebuah Demokrasi

Sabtu, 20 Juli 2019 17:46 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Di sela-sela pertemuan Ministrial to Advance Religious Freedom yang berlangsung di State Departemen, Washington, DC dari tanggal 16- 18 Juli 2019, yang dihadiri kurang lebih 1000 orang dari tokoh-tokoh agama seluruh dunia, penulis sering mendapatkan ucapan selamat atas terpilihnya seorang pemimpin negara melalui proses demokrasi.

Bagi penulis yang hidup di Indonesia dan sudah ikut serta terlibat sebagai warga negara biasa yang mengikuti beberapa kali Pemilu, rasanya tidak ada yang terlelau istimewa. Bahkan Pemilu 5 tahunan memilih Kepala Negara adalah sebuah kenduri nasional 5 tahunan.

Baca juga : Sikap Keagamaan: Antara AS Dan Perancis

Akan tetapi tanggapan dan apresiasi sejumlah negara yang juga membaca pesta demokrasi di Indonesia yang berakhir dengan begitu indah, demikian kesan mereka, ternyata luar biasa bagi sejumlah peserta.

Penulis agak kaget jika di antara peserta mengungkapkan pengalaman negerinya yang dikesankan masih jauh dari pengalaman Indonesia.

Baca juga : Catatan Penting dari Ministrial to Advance Religious Freedom

Salah seorang peserta dari Uigur, dari Provinsi Xinjuan, China, mengungkapkan kesedihannya sebagai minoritas muslim yang serba tertekan di negerinya, mendambakan sebuah keadaan di mana segenap komunitasnya bebas memilih pemimpin yang dipilih secara demokratis, sesuai dengan harapan dan hati nurani rakyat.

Peserta lain dari Yazidi, sebuah etnik minoritas yang mengalami tekanan dari pemerintahnya di Iraq, dan beberapa peserta yang berasal dari Myanmar, dan Bangladesh, sama-sama merasakan pahitnya kehidupan di bawah rezim penguasa yang tidak memberikan kebebasan terhadap warga dan komunitasnya.

Baca juga : Siapa Muslim Thinkers Di AS?

Bahkan peserta dari negara yang relatif lebih stabil, seperti sejumlah negara di Eropa, komunitas muslim di sana masih sering mendapatkan perlakuan yang kurang adil, bahkan ancaman deportasi, sebuah kata yang paling ditakuti para imigran di dalam suatu negara.

Ungkapan jujur dari orang-orang luar, yang samasekali tidak punya kepentingan pribadi di Indonesia, memberikan ucapan selamat kepada kami dari Indonesia, terasa sangat membanggakan, sekaligus membuat kami bersyukur, bahwa di berbagai negara masih banyak warga yang mendambakan domokrasi di dalam menyelesaikan persoalan hidupnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.