Dark/Light Mode

Politik Ular Kobra Di Wirata

Senin, 30 Januari 2023 06:07 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sudah waktunya menghentikan gagasan “untuk memiliki semuanya”. Nasihat bijak tersebut diucapkan seorang editor Majalah Cosmopolitan Helen Gurley Brown. Dia mengingatkan khusus kepada kaum wanita yang memiliki banyak keinginan. Wanita memiliki cita-cita sukses di bidang karier maupun keluarga. Rupanya ucapan Helen sangat relevan untuk membingkai perilaku elite politik memasuki tahun politik 2023. Pemimpin politik menghalalkan segala cara untuk memiliki semuanya. Termasuk bagaimana meneror dan menghabisi lawan-lawan politik yang akan maju berlaga.

“Termasuk teror kiriman ular kobra, Mo,” celetuk Petruk, cengengesan. Romo Semar kurang semangat untuk bicara soal politik. Semar sedang galau dengan bencana banjir bandang yang menerjang berbagai wilayah Nusantara. Seperti yang terjadi di Menado dan Aceh minggu lalu. Dampak nyata perubahan iklim tidak bisa dianggap remeh. Mitigasi bencana dan penanggulangan perubahan iklim harus disosialisasikan ke masyarakat.

Baca juga : Wahidin Halim Tidak Trauma

Seperti biasa, kopi pahit dan ubi rebus selalu setia menemani sarapan pagi Romo Semar. Hujan rintik semalam masih bertahan sampai pagi. Bau tanah akibat guyuran air hujan masih menyengat. Kepulan asap rokok klobot membawa ingatan Romo Semar ke zaman Wirata Parwa, ketika Prabu Matswapati kerepotan menghadapi teror politik yang dilancarkan kelompok oposisi kerajaan Wirata.

Kocap kacarito, duet politisi muda kerajaan Wirata yakni Kecaka dan Kencaka Rupa menantang Prabu Matswapati untuk segera lengser keprabon. Matswapati sebagai pemimpin telah gagal mensejahterakan rakyat Wirata. Di sisi lain, Prabu Matswapati mengangkat anak-anaknya yakni Raden Seto dan Wratsangka untuk menduduki pos-pos penting di pemerintahan. Hal ini justru membuat gusar kelompok oposisi Wirata.

Baca juga : Polisi Dibakar Hingga Tewas, Demonstran Peru Kian Brutal

Untuk memuluskan rencana jahatnya, Kecaka dan Kencaka Rupa mengadakan sayembara adu jago. Jago dari kerajaan Wirata dan Kasepuhan diadu di arena blabar kawat. Siapa yang menang dialah yang berhak menduduki tahta kerajaan Wirata. Rajamala adalah jago yang digadang-gadang dari Kasepuhan. Rajamala masih saudara dengan Kencaka dan Kencaka Rupa. Rajamala berwujud raksasa dan sakti mandraguna.

Sedangkan jago dari Kerajaan Wirata adalah Jagal Bilawa alias Bima. Kebetulan para satria Pandawa sedang menyamar sebagai sudra atau under cover di Kerajaan Wirata. Pandawa turun tangan dan ikut membantu Prabu Matswapati menghadapi teror dari kelompok Kecaka bersaudara. Bima diberi tugas menghadapi Rajamala. Sedangkan Arjuna atau Wrahatnala diberi tugas mengadang serangan dari kaki tangan Kecaka.

Baca juga : Gibran Dilawan 3 Bupati

Serangan teror menjelang pertarungan adu jago makin masif dilakukan kelompok Kencaka Rupa di wilayah Wirata. Untungnya Arjuna dapat mengantisipasi serangan teror tersebut. Puncaknya saat terjadi duel antara Rajamala dan Jagal Bilawa berlangsung. Kedua jago sama-sama sakti mandra guna. Akhirnya Rajamala tewas mengenaskan oleh kuku Pancanaka milik Jagal Bilawa atau Bima. Sedangkan Kecaka dan Kencana Rupo mati oleh panah Wrahatnala atau Arjuna.

“Adu jago untuk berebut kekuasaan, Mo,” sela Petruk, membuyarkan lamunan Romo Semar. “Betul, Tole. Adu kuat saling membunuh adalah cara primitif dalam berkompetisi,” jawab Romo Semar pendek. “Seharusnya politik merupakan cara elegan dan beradab dalam kompetisi. Baik kompetisi berebut kekuasaan maupun menyejahterakan rakyat. Bukan zamannya lagi saling membunuh gara-gara berpolitik,” jawab Romo Semar. Oye

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.