Dark/Light Mode

Membaca Ulang Al-Qur'an (11)

Makna Iqra’ Ketiga

Minggu, 2 April 2023 06:06 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Ayat tersebut di atas mengisyaratkan adanya kemungkinan seseorang mendapatkan “bisikan Ilahi” (divine inspirations) dalam memahami makna batin Al-Qur’an.

Untuk mendapatkan divine information ini tentu tidak mudah. Diperlukan perjalanan spiritual (suluk) yang tidak singkat dengan ketelatenan upaya sungguh-sungguh (mujahadah) untuk mencapai maqam spiritual ini.

Mungkin orang itu belum memahami persyaratan menjadi seorang mufassir, karena mungkin belum menguasai Bahasa Arab, namun jika Tuhan menghendaki dan berkenan memberikan apresiasi terhadap hambanya yang senantiasa bermunajat untuk memahami rahasia-rahasia-Nya, maka tidak ada kesulitan bagi Allah SWT memberikan pemahaman makna ísyarah dan lathaif kepada kekasih-Nya.

Mungkin inilah yang dimaksud Nabi dalam hadis shahihnya: “Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka Allah menjadikannya ia pandai mengenai agama dan ia diilhami petunjuknya.” (HR. Muttafaq ‘alaihi).

Baca juga : Makna Iqra’ Pertama

Yang pasti ialah siapapun yang akan mengakses Iqra’ ketiga, ia harus berada dalam suasana lahir-batin yang bersih (thaharah) dan dalam suasan cinta (mahabbah/in-loving). Suasana batin seperti inilah yang akan mengundang keajaiban.

Perhatikan ayat di atas, untuk mendapatkan bimbingan langsung dari rasul-Nya terlebih dahulu harus berada dalam kesucian (tadzkiyah). Setelah itu baru bisa meningkat ke proses pendalaman (ta’lim). Dengan kata lain, sebelum melakukan proses ta’lim terlebih dahulu harus melakukan proses tadzkiyah.

Banyak cara Tuhan menurunkan ilham kepada hambanya. Bisa dalam bentuk deduksi akal yang sangat cerdas dan cepat, bisa juga dalam bentuk mimpi-mimpi. Seperti kita tahu, mimpi itu bermacam-macam, ada mimpi dalam bentuk hilm, manamat, ru’yah, waqi’iyyah, dan mukasyafah (sudah pernah dibahas dalam artikel terdahulu).

Pengalaman spiritual para orang terdekat Tuhan (auliya’) banyak sekali mendapatkan pelajaran dari guru-guru yang tidak berwujud (impersonal teachers). Ada yang diajar langsung oleh Rasulullah SAW, seperti pengalaman mistis Imam Al-Gazali dan Ibn ‘Arabi.

Baca juga : Rahasia Pengulangan Iqra'

Jika kita membaca biografi intelektual para mufassir tersohor (mu’tabarah), sebagian di antaranya mendapatkan pelajaran (insight) dari hal-hal yang di luar kerja-kerja akal (la majal li al-‘aql).

Suatu saat ketika penulis melakukan penelitian ke sejumlah penulis tafsir terkemuka, ternyata ada hal-hal yang sangat istimewa bagi mereka.

Sebagai contoh, ketika penulis mengunjungi kediaman Syekh Thaba’taba’i, penulis Tafsir Al-Muzan, subuah kitab tafsir Syi’ah paling sering dirujuk oleh ulama Sunny.

Muridnya bercerita suatu ketika kesulitan memahami makna sebuah ayat, di malam hari tiba-tiba mendapatkan penjelasan dari ranting pohon yang menjulur di depan jendela kamarnya.

Baca juga : Memahami Makna Esoterik Al-Qur’an

Pengalaman ini mengingatkan kita kepada Nabi Musa as yang juga pernah mendapatkan pelajaran dari pohon: Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S. al-Qashah/28:30).

Agak berbeda sedikit dengan Nabi Sulaiman yang mendapatkan pelajaran dari burung: Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata". (Q.S. al-Naml/27:16).■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.