Dark/Light Mode

Endorsement Prabu Salya

Senin, 17 April 2023 05:34 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Endorsement menjadi mantra politik baru beberapa pekan terakhir ini. Para elite politik seperti berharap dan menikmati endorsement untuk kepentingan politik jangka pendek. Dalam ilmu leadership dan manajemen modern, endorsement dimaknai sebagai “borrowing influence”. Yaitu sarana mendapatkan dukungan dan persetujuan semu dengan cara meminjam pengaruh orang lain.

“Yang namanya pinjam pengaruh setiap saat bisa berubah, Mo,” celetuk Petruk, sok tahu. Romo Semar tidak begitu semangat nimbrung urusan politik kagetan seperti saat ini. Alih-alih para elite memupuk reputasi dengan inovasi untuk membangun pengaruh personalnya, justru yang dilakukan para elite saling berburu tuah endorsement.

Romo Semar baru saja selesai menikmati buka puasa dengan kolak pisang dan ketan srundeng. Kopi pahit baru bisa dinikmati satu jam setelah berbuka puasa. Hal ini untuk mencegah asam lambungnya kumat. Kepulan asap rokok klobot membawanya ke zaman Mahabarata, ketika elite Kurawa dan Pandawa saling berebut dukungan Prabu Salya. 

Baca juga : Ada Durga Di Tubuh KPK

Kocap kacarito, secara kekerabatan antara Prabu Salya dan Prabu Duryudana adalah hubungan sebagai anak mantu dan mertua. Duryudana kawin dengan Dewi Banowati anak kedua Salya. Tapi secara politik, Prabu Salya berseberangan dengan Duryudana. Salya tidak setuju dengan cara-cara Kurawa memperlakukan Pandawa. Sebagai tetungguling klan Kurawa, Prabu Duryudana tidak mampu mengontrol saudara-saudaranya.

Di sisi lain, hubungan Pandawa dan Prabu Salya adalah hubungan paman kepada keponakan. Dewi Madrim adik Prabu Salya kawin dengan Prabu Pandu. Dari perkawinan Madrim dan Pandu melahirkan anak kembar yaitu Nakula dan Sadewa. Salya memperlakukan Nakula dan Sadewa sebagai anak sendiri. Apalagi Dewi Madrim meninggal dunia saat melahirkan kedua anak kembarnya tersebut.

Menjelang Perang Baratayuda, Kurawa dan Pandawa saling berebut pengaruh dan dukungan Prabu Salya. Salya sakti mandraguna karena memiliki senjata pemungkas berupa Aji Candabirawa. Aji Candabirawa kalau dilepaskan keluar buto bajang dalam jumlah ribuan dan dapat menyerang musuh dengan cepat. 

Baca juga : Menanti Lahire Tetuko

Prabu Puntadewa sebetulnya tidak begitu berharap endorsement dari Prabu Salya. Puntadewa yakin jimat kalimasada dapat menandingi ajian Candabirawa. Justru Kresna sebagai botoh Pandawa merasa khawatir dengan kesaktian Salya. Untuk memastikan Salya tidak berpihak Kurawa, Kresna mengutus Nakula dan Sadewa untuk menemuinya sebelum maju ke medan perang.

Prabu Salya akhirnya mendukung Kurawa dalam perang Baratayuda. Endorsement-nya diberikan kepada Prabu Duryudana untuk melawan Pandawa. Nasib Salya tragis saat melawan Prabu Puntadewa. Ajian Candabirawa tidak mampu mengalahkan Jimat Kalimasada. Yang mengenaskan, Prabu Salya tewas tergilas oleh kereta kencana yang selama ini dipakai sebagai kendaraan pribadinya.

“Prabu Salya seperti orang bingung dan salah memberikan dukungan,” sela Petruk, membuyarkan lamunan Romo Semar. “Betul, Tole. Biasanya ratu yang sudah mau lengser keprabon pikirannya tidak fokus,” jawab Semar pendek. “Di satu sisi, Prabu Puntadewa tidak latah mencari dukungan ke sana kemari. Puntadewa meraih kemenangan sejati karena keyakinan dan kejujurannya,” papar Romo Semar sambil ngeloyor. Oye

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.