Dark/Light Mode

Koalisi Semakin Runcing

Rabu, 14 Juni 2023 05:00 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka -
Oleh: Prof. Tjipta Lesmana
Pengamat
Politik Senior

Semakin mendekati Pilpres, peta koalisi semakin runcing. Yang paling awal membentuk koalisi adalah Prabowo dan Muhaimin Iskandar. Namanya Koalisi Indonesia Raya (KIR), disusul oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) terdiri atas Golkar, PAN dan PPP.

Tapi yang pertama mendeklarasikan Koalisi adalah Partai NasDem, Demokrat dan PKS. Namanya Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) dengan Anies Baswedan sebagai bakal capres. Munculnya Anies Baswedan di panggung ke-capresan, tampaknya membuat Presiden Jokowi tidak senang, bahkan waswas. Sejak waktu itu, Istana disebut-sebut melancarkan psywar dan gerak-gerik untuk menyudutkan Surya Paloh dan Anies Baswedan. Munculnya berbagai koalisi partai politik dicurigai bertujuan untuk “mengepung” KPP. Koalisi di luar KPP, jika dianalisis secara tajam, semua, berorientasi ke Istana. Boleh jadi Pak Jokowi ikut memberikan sumbangsih pikiran untuk pembentukannya.

Baca juga : Di Indonesia, Pupuk Pun Dipalsukan

Anies Baswedan bukan tidak tahu mengenai kecurigaan ini. Dia pun tidak membisu. Pidato-pidatonya di berbagai tempat dalam “kampanye terselubung”, selalu melancarkan serangan balik terhadap Istana. Tema kemiskinan, ketidakadilan, jurang tajam antara kaya dan miskin, korupsi yang semakin meningkat, itulah tema-tema yang diangkat dan digembar-gemborkan Anies.

Peta politik dewasa ini terkait dengan pemilu 2024 yang semakin mendekat bisa diciptakan sebagai berikut:

a. Terjadi banyak perubahan koalisi;
b. Sejumlah politisi makin tersingkir dan makin kecil peluang mendapatkan kursi capres dan cawapres;
c. PDIP yang semula bersikap “cuek” dalam arti terkesan tidak buru-buru membentuk koalisi, kini mulai tergopoh-gopoh;
d. Pilihan Presiden Jokowi atas capres pilihannya semakin nyata.

Baca juga : Komunikasi Pemimpin: Konteks Tinggi Atau Konteks Rendah

Tentang koalisi politik, Koalisi KIB hampir tewas nasibnya. PPP yang semula bagian dari KIB kini hampir dipastikan bakal lepas dari PDIP, karena masih memendam ambisi untuk mengejar kursi Cawapres, dengan bergabungnya Sandiaga Uno sebagai anggota PPP. Sandi maju selangah menuju kursi Cawapres; berkoalisi dengan siapa ? Belum tahu.

Upaya koalisi antara Puan Maharani dan AHY bisa saja mengubah koalisi PDIP dan PPP.

Tapi seriuskah pendekatan antara Puan dan AHY, atau hanya lipstick belaka mengingat “perseteruan” antara SBY dan Ibu Megawati sudah berlangsung demikian lama? Tentu dalam politik, tidak ada yang tidak mungkin. Makin dekat kemungkinan koalisi antara Puan dan AHY, makin besar kemungkinan ambruknya koalisi Anies Baswaden dengan Demokrat dan PKS. Analisis kami, AHY kecil kemungkinan diajak duet dengan Ganjar Pranowo sebagai cawapres. PDIP bisa saja melirik Airlangga Hartarto sebagai cawapresnya Ganjar. PDIP dan Golkar secara historis lumayan baik hubungan politik mereka. Jumlah kursi kedua partai ini di DPR sangat besar; himpunan massa mereka pun sangat besar.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.