Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Suksesi pemerintahan adalah salah satu isu yang selalu menarik dibicarakan. Bukan hanya oleh para praktisi politik, tetapi juga para pemikir dan ulama.
Kontroversi ini muncul karena tidak ditemukannya sistem suksesi yang baku di dalam lintasan sejarah dunia Islam. Al-Qur’an dan hadis juga tidak pernah memperkenalkan sebuah model suksesi Yang menarik untuk dipertanyakan, mengapa konsep suksesi yang selalu menjadi isu kontemporer tidak pernah diuraikan secara khusus di dalam Islam? Al-Qur’an dan hadis sangat terbatas membicarakan hal ini. Mengapa Islam tidak mewariskan model suksesi?
Mengapa hal yang sepenting ini tidak mendapatkan perhatian khusus di dalam Islam?
Baca juga : Mewujudkan Ketenangan dan Rasa Aman
Apakah ini pertanda Islam membuka diri untuk memberikan pengakuan kepada berbagai pola suksesi yang hidup di dalam setiap masyarakat?
Atau konsep akhlak berpolitik secara holistik sudah dianggap cukup dijadikan pedoman suksesi?
Kenyataan dalam lintasan sejarah dunia Islam, pola suksesi tidak pernah seragam, mulai pada masa Nabi dan Sahabat sampai sekarang.
Baca juga : Mengenal Konsep Imamah
Proses pergantian kepemimpinan Nabi melalui musyawarah terbuka, dihadiri seluruh komponen, baik komponen-komponen golongan Anshar maupun Muhajirin.
Pergantian Abu Bakar melalui wasiat meskipun tidak mengikat. Pergantian Umar melalui formatur. Pergantian Utsman melalui formatur terbatas.
Pergantian Ali melalui pengambilalihan. Suksesi-suksesi selanjutnya kembali lagi seperti pra Islam, suksesi kepemimpinan dilakukan secara turun temurun, baik oleh dinasti Mu’awiyah maupun dinasti Abbasiyah.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.