Dark/Light Mode
Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (68)
Mewaspadai Ketika Agama Menjadi Legitimasi Politik
![Nasaruddin Umar Nasaruddin Umar](https://rm.id/images/penulis/Nasaruddin-Umar.jpg)
Tausiah Politik
RM.id Rakyat Merdeka - Prof. L.W.H.Hull dalam History and Philosophy of Science, pernah mencatat bahwa pada permulaan abad ke-4 di Eropa, para penguasa bertindak untuk dan atas nama Tuhan melalui gereja, memegang otoritas hampir tak terbatas di dalam masyarakat.
Otoritas kebenaran sepertinya tidak boleh ada di luar gereja yang dikuasai para kaisar. Agama betul-betul menjadi stempel untuk membenarkan seluruh tindakan kaisar sehingga masyarakat tidak berdaya untuk menolak gagasan raja, karena penolakan bisa berarti malapetaka.
Bukan saja dunia ilmu pengetahuan mengalami degradasi, tetapi dunia kemanusiaan pun mengalami kemunduran. Ini terjadi karena persekongkolan antara raja dan gereja sebagai pemegang otoritas kekuasaan.
Baca juga : Tidak Menghilangkan Daya Jihad Agama
Sejarah seringkali berulang. Ketika sang penguasa memegang kendali agama dan digunakan sebagai kekuatan ekstra untuk melegitimasi kekuasaan, maka di situ akan terjadi bencana kemanusiaan yang mengerikan.
Betapa tidak, manusia akan dipaksa tunduk di bawah otoritas penguasa. Siapapun yang berusaha membangkang dari otoritas itu bisa berarti malapetaka baginya.
Peristiwa yang menimpa Galileo yang harus menjadi tumbal dari kekejaman raja sering dijadikan contoh akan bahayanya jika agama menjadi stempel legitimasi penguasa.
Baca juga : Tidak Boleh Menghilangkan Fungsi Kritis Agama
Agama dan negara bisa saling mengontrol satu sama lain. Ketika agama dalam kontrol agama maka ketika itu negara subordinasi dari kekuatan agama seperti yang pernah ditampilkan sejumlah negara agama, seperti negara republik Islam Iran, Pakistan, Afganistan, dan negara-negara lainnya.
Sebaliknya, ketika negara mengontrol agama maka agama akan menjadi subordinasi kekuatan negara yang diwakili pemerintah. Yang terakhir ini bisa terjadi dua macam hal.
Pertama, agama dirangkul dan dijadikan kekuatan legitimasi oleh penguasa untuk meraih loyalitas dan dukungan.
Baca juga : Menyeimbangkan Emosi Jihad Dan Emosi Patriotisme
Kedua, agama dijadikan target atau sasaran kebijakan, dan samasekali tidak diberikan kesempatan untuk memperoleh eksistensi dan pengaruh luas di dalam masyarakat, karena agama dianggap sebagai rival yang juga menuntut loyalitas masyarakat.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.