Dark/Light Mode
- Cek Di Sini, 5 Penjelasan Penting BPOM Soal Vaksin AstraZeneca Yang Bikin Heboh
- Lawan Guinea, Pelatih Persib: Timnas Akan Hadapi Lawan Berat
- Piala AFC U-17 Putri, Garuda Pertiwi Muda Fokus Hadapi Korsel
- 128.000 Jemaah Haji Indonesia Nikmati Fasilitas Fast Track
- Dortmund Ke Final, PSG Cuma Kurang Beruntung
Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (65)
Menyeimbangkan Emosi Jihad Dan Emosi Patriotisme
RM.id Rakyat Merdeka - Sebagai negara bangsa (nation states), ada dua kekuatan yang perlu dipelihara keseimbangannya, yaitu emosi jihad dan emosi patriotisme. Jika kedua kekuatan ini dimanage dengan baik, maka bisa menjadi kekuatan luar biasa. Akan tetapi, jika salah dalam memanage, maka keduanya akan saling memakan satu sama lain, dan sudah pasti merugikan semuanya.
Kedua kekuatan itu ialah emosi jihad yang senantiasa berjuang untuk mewujudkan esensi ajaran agama yang dianut pemeluknya, dan emosi patriotisme yang senantiasa berjuang untuk mempertahankan eksistensi keunikan negeri oleh warganya.
Baca juga : Menghayati Filsafat Ma Limo
Emosi jihad akan mudah terbakar manakala sendi-sendi agama yang diyakini oleh pemeluknya dihina. Lihatlah misalnya beberapa kasus orang-orang yang melecehkan simbol-simbol kesucian agama memicu banyak kerusuhan. Pada sisi lain, emosi patriotisme akan meledak manakala martabat kebangsaan yang dijunjung tinggi oleh para warganya diinjak-injak.
Lihat pula contohnya dalam banyak kasus, jika simbol-simbol kewibawaan negera dihina oleh bangsa lain memicu banyak konflik, bahkan peperangan.
Baca juga : Membaca Fenomena Deterritorialisasi Umat Islam
Jika kedua kekuatan emosi ini bersinergi, maka apapun dan seiapapun serta sehebat apapun ancaman dan musuh di hadapannya tidak akan pernah membuatnya gentar. Sejarah Indonesia membuktikan, dengan pekikan “Allahu Akbar!” dan “Merdeka!”, maka penjajah yang tangguh bisa diusir. Bisa dikatakan bahwa Indonesia merdeka berkat pekikan kedua kata tersebut. “Allahu Akbar!” adalah komando jihad yang menakutkan dan “Merdeka!” adalah komando patriotisme yang menggetarkan. Kedua pekikan ini memicu andrenalin perjuangan umat dan warga bangsa untuk menyingkirkan musuh-musuhnya.
Jika kedua kekuatan emosi ini berhadap-hadapan satu sama lain maka bayangan perang saudara maha dahsyat akan terjadi. Indonesia juga pernah mempertontonkan sederetan pengalaman pahitnya ketika dua komunitas, yaitu komunitas etnik dan komunitas agama berhadapan satu sama lain.
Baca juga : Upaya Memperpanjang Ajal Rezim
Pengalaman yang sama juga pernah terjadi di beberapa Negara lain. Kesemuanya itu harus menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, sebuah bangsa yang besar dan dipadati oleh kondisi obyektif yang amat plural. Begitu banyak ikatan-primordial seperti agama, aliran, etnik, suku, dan organisasi paguyuban yang berpotensi memicu konflik emosional perlu terus dicermati oleh semua pihak, baik oleh pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, dan kaum cerdik-pandai negeri ini.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.