Dark/Light Mode

Upaya Mendiskreditkan TNI

Jumat, 4 Januari 2019 09:32 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Penundaan pelantikan Doni oleh Presiden disebut-sebut tindakan pelecehan terhadap Perwira Tinggi berbintang 3 itu, apalagi Doni disebut-sebut “orang SBY” karena pernah menjabat Komandan Paspampres. 

Berita seperti ini bisa saja memprovokasi sejumlah kawan Doni untuk melancarkan silent protest, apalagi Panglima TNI berasal dari Angkatan Udara, apalagi kalau pengganti Doni di Wantanas nanti berasal dari TNI-Angkatan Udara.

Baca juga : Biaya Politik Makin Tinggi

Yang lebih hebat lagi, pasca serangan brutal OPM terhadap karyawan PT Istaka Karya di Kabupaten Nduga, muncul berita burung yang mengatakan pasukan TNI menggunakan senjata kimia dalam melancarkan serangan balasan terhadap kelompok OPM yang melakukan pembantaian terhadap karyawan Istaka Karya. 

Bagaimana personel TNI bisa menggunakan senjata kimia dalam operasi militernya, padahal sampai hari ini TNI tidak memiliki senjata kimia? Kami pun geleng-geleng kepala membaca ada media Australia yang membenarkan sinyalemen penggunaan senjata kimia oleh TNI di Nduga. 

Baca juga : Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Menawarkan Konsep Deradikalisasi Ala Indonesia

Australia memang sudah lama kerap menyerang negara kita. Sekitar 10 tahun yang lalu bocor “buku putih” Australia yang me-masukkan Indonesia sebagai negara yang berbahaya bagi keamanan negara kanguru itu. Seorang kawan saya yang “ahli Australia” mengatakan, Australia punya kepentingan bisnis di Indonesia: selama kita tetap membeli sapi-sapi Australia dalam jumlah besar, kita takkan “diganggu” oleh Australia. 
Tapi, begitu Menteri Pertanian Amran Sulaeman mulai mengurangi impor sapi dari Australia karena melihat sapi-sapi Brazil tidak kalah kualitas dagingnya dari sapi Australia, Australia mulai menggonggong negara kita! 

Ada satu insiden lagi yang nyaris membuka “front perpecahan” di internal TNI, yaitu “aksi cowboy” di jalan raya seorang oknum Angkatan Udara berpangkat Sersan Dua yang menembak anggota TNI-AD berpangkat Letkol hingga tewas. Peristiwa ini jelas kejahatan kriminal yang harus diselesaikan di depan hukum pula. Toh, ada juga pihak-pihak yang mencoba memainkan peristiwa ini ke ranah politis. 

Baca juga : Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Dampak Spiritual Globalisasi

Masih untung, pimpinan TNI, termasuk Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang dengan cepat meredam isu-isu burung, sehingga upaya membelokkannya ke ranah politik gagal total. 

Di hari-hari dekat ini, kita percaya ada pihak-pihak tertentu yang berusaha terus mendiskreditkan TNI, terutama oleh mereka yang bernafsu sekali menggoyang-goyang NKRI, bahkan bermimpi membentuk negara agama di Nusantara, karena TNI memang benteng terkuat dan siap mati untuk mempertahankan NKRI, Pancasila dan UUD1945!
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.