Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (23)

Relasi Tuhan dan Alam: Keberadaan Tuhan (5): Perspektif Kristen

Minggu, 8 Oktober 2023 06:10 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam perspektif Kristen, keberadaan Tuhan difahami dalam bentuk Doktrin Trinitas atau Tritunggal. Doktrin ini bagi umat kristiani samasekali tidak berbenturan dengan konsep Ketuhanan YME. Doktrin Trinitas menggambarkan Satu Tuhan dalam tiga pribadi (one God in three Divine Per­sonsthree), yaitu Bapa, Anak (Yesus Kristus), dan Roh Kudus. Tiga konsubstansi tersebut dapat dibedakan namun tetap merupakan satu substansi. Doktrin Trinitas tidak secara eksplisit dalam Kitab Suci tetapi Kitab Suci memberikan kesaksian tentang kegiatan suatu pribadi yang hanya dapat dipahami dari segi Trinitaris. Tidak heran jika doktrin ini memiliki bentuk pembenarannya lebih luas pada akhir abad ke-4. Dalam Konsili Lateran IV dijelaskan: “Allah yang memperanakkan, Anak yang diperanakkan, dan Roh Kudus yang dihembuskan”. Meskipun meiliki “tiga pribadi” tetapi tetap satu.

Baca juga : Relasi Tuhan Dan Alam: Keberadaan Tuhan (4): Perspektif Islam (4)

Logika doktrin trinitas ini sesungguhnya bisa dijelaskan melalui logika Ahadiyah-Wahidiyah dalam teosofi Islam, Ein Sof-Sefirod dalam Kabbala Yahudi, Atma-Brahma dalam agama Hindu, Yang-Yin dalam teologi Taoisme. Sesuatu yang berganda atau berbilang tidak mesti harus dipertentangkan dengan konsep keesaan. Konsep Asma’ al-Husna berjumlah 99 tidak mesti bertentangan dengan keesaan Allah SWT.

Baca juga : Relasi Tuhan dan Alam: Keberadaan Tuhan (3): Perspektif Islam (3)

Konsep angka atau bi­langan satu (1) dalam Matematika atau Fisika tidak sama ­dengan angka satu (1) dalam konsep metafisika. Dalam dunia mate­matika angka selalu selalu dihibungkan dengan ­angka atau bilangan selanjutnya. Ada angka 2, 3, awpuluh, sejuta, semiliar. Atau setriliun. Namun dalam dunia metafisik angka satu tidak selamanya berlanjut ke angka setelah­nya. Bahkan angka satu (1) me­nurut kalangan filosof se­sungguhnya bukan angka ­paling rendah. Angka yang paling rendah menurut mereka ialah ­angka dua karena bisa dibagi (1+1=2), sedangkan angka satu (1) tidak bisa dibagi (indivicible). Kata Tuhan Yang Maha Esa, maha Tunggal, atau Maha Satu tidak mesti dihubungkan dengan adanya angka dua. Dalam pandangan metafisik, angka sesungguhnya hanya dua yaitu satu (the one) dan banyak (the many). Kedua bilangn ini sesungguhnya bukan sesuatu yang berbeda satu sama lain. Yang satu itu juga sesungguhnya tampil dalam jumlah yang banyak atau yang banyak itu tidak lain adalah yang satu itu. Ketika para teolog menyebut angka satu maka jangan langsung diassosiasikan dengan ada jumlah atau angka lanjutan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.