Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (24)

Relasi Tuhan dan Alam: Keberadaan Tuhan (6): Perspektif Hindu (1)

Senin, 9 Oktober 2023 06:22 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Mungkin relasi Tuhan dan alam semesta dalam agama ­Hindu lebih banyak dibahas dibanding dengan agama-agama lain. Dalam kitab-kitab suci agama Hindu, banyak sekali dijelaskan hakekat alam semesta yang dihubungkan ­dengan Tuhan (Brahman).

Dalam awal ­millenium ini, sebuah karya agung yang kemudian disebut Veda sudah selesai dihimpun menjadi sebuah kitab, yang kemudian dianggap kitab suci agama Hindu.

Baca juga : Relasi Tuhan dan Alam: Keberadaan Tuhan (5): Perspektif Kristen

Dari kitab Veda ini kemudian diberikan penaf­siran lebih mendalam (philosophical appendages) oleh orang-orang yang betul-betul mencapai tingkat kearifan lebih tinggi.

Karya sacred ini menjadi obyek kajian bagi orang-orang tertentu yang ingin mendalaminya, yang kemudian lebih dikenal dengan Upanisad (bahasa Sangsekerta: ”duduk di bawah”, mirip ta­wadhu’ dalam bahasa Arab, berarti menempatkan diri di bawah sebagai lambang penghormatan).

Baca juga : Relasi Tuhan Dan Alam: Keberadaan Tuhan (4): Perspektif Islam (4)

Upanisad tadinya merupa­kan suatu komunitas yang ­dengan penuh kerendahan hati ingin mendapatkan pencerahan dari guru (Sangsekerta: gu=kegelapan dan ru=obor, guru=obor yang mengusir ke­gelapan).

Upanisad mirip ­dengan tradisi pesantren dimana ada komunitas murid (Arab, dari akar kata arada-yuridu-murid) berati orang yang bersungguh-sungguh mencari ilmu berkah dan berkah ilmu kepada syekh (Arab: dituakan).

Baca juga : Relasi Tuhan dan Alam: Keberadaan Tuhan (3): Perspektif Islam (3)

Dalam tradisi pesantren, santri bukan ­hanya ingin mendapatkan ’ilmu (knowledge) teapi juga ma’rifah (gnosis). ’Ilmu bisa diperoleh dengan olah nalar yang menggunakan metodologi keilmuan standar, yaitu deduksi akal (al-’ilm al-hushuli/knowledge by corresponden), dimana sang subyek dan obyek pengetahun (harus) berjarak, tetapi ma’rifah menuntut lebih dari sekedar olah nalar tetapi olah batin ­dengan menggunakan metodologi apa yang diistilahkan dengan Dona Zohar dengan kecerdasan spiritual (intellectual quotient), atau yang jauh sebelumnya diguna­kan Ibn ’Arabi dengan al-’ilm ­al-hudhuri/knowledge by ­present, di mana tidak ada lagi jarak antara sang subyek dan obyek.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.