Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (127)

Memahami Dalil-dalil Lingkungan Hidup: Jangan Memandang Enteng Barang Bekas!

Selasa, 6 Februari 2024 05:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Pada tahun 1980-an, Alfin Toffler dalam bukunya yang mengejutkan dunia saat itu, Future Shock, menggambarkan bahwa salahsatu yang akan terjadi di masa depan akan terjadi budaya gampang membuang (mental dis­posable). Belum cukup 50 tahun ­seperti yang dipersepsikannya kini hamper semuanya terjadi. Salahsatu contohnya ialah sekali kita makan dan minum maka piring, gelas, sendok, dan garpu langsung dibuang. Ternyata  mental disposable merambah ke mana-mana. Dampaknya ialah kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup. Botol-botol mineral dan kemasan plastik di buang begitu saja. Ternyata plastik dan semacamnya bisa berdampak negative terhadap lingkungan hidup.

Baca juga : Memahami Dalil-dalil Lingkungan Hidup: Dinding Dan Daun Pintu Pun Merespon Manusia

Perabotan rumah tangga, sering kali kita ganti. Terka­dang ada yang masih bisa dimanfaatkan langsung dihancurkan atau dibuang. Tidak ada samasekali penghargaan kita terhadap barang bekas, padahal mereka telah banyak berjasa kepada kita. Lihat contohnya pakaian ihram bagi orang yang berkali-kali umrah dan haji. Bekas kain ihram yang pernah mempertemukannya dengan Tuhan dibuang begitu saja. Bahkan ada yang dijadikan kain pel. Buku-buku yang sudah dibaca dan membuat kita pintar juga kadang termasuk di antaranya.

Baca juga : Memahami Dalil-dalil Lingkungan Hidup: Perspektif Abrahamic Religions (5)

Nabi mengingatkan kita bahwa jangan memandang enteng barang-narang bekas, karena boleh jadi itu bisa mempunyai arti terseniri bagi kita. Perhatikan hadis Nabi sebagai berikut:

Baca juga : Memahami Dalil-dalil Lingkungan Hidup: Perspektif Abrahamic Religions (4)

Jabir r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW biasa khutbah dengan mimbar yang terbuat dari batang korma. Suatu ketika seorang perempuan dari golongan Anshar yang mempunyai budak yang ahli kayu berkata: ”Wahai Rasulullah, saya mem­punyai budak. Ia pandai sekali dalam perkayuan. Apakah boleh saya menyuruh nya untuk membuatkan mimbar khutbah ­untukmu? Rasulullah men­jawab: “Ia, silahkan”. Lalu sang Budak membuatkan mimbar dan pada hari Jum’at Rasulullah sudah menggunakan mimbar baru itu. Kayu bekas mimbar tua tiba-tiba menangis bagaikan bayi, lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya batang pohon ini merasa sedih setelah ia ditinggalkan” (H.R. Ahmad & Al-Suyuthi).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.