Dark/Light Mode

Meraih Berkah Bulan Sya`ban (18)

Melatih Diri Untuk Diam

Senin, 4 Maret 2024 05:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Pepatah kuno mengatakan: “Diam adalah emas dan bicara adalah perak”. Kita bisa setuju atau tidak dengan pepatah ini tetapi yang pasti kita sendiri seringkali menyesal karena terlalu banyak bicara. Kita juga sering bersyukur karean bisa bersikap diam dan mengendalikan diri sehingga terbebas dari fitnah dan marabahaya. Kita juga sering setuju dengan pernyataan: Kita lebih gampang disuruh bicara ketimbang disuruh diam.

Baca juga : Road Map Menjumpai Tuhan

Hal yang sama juga dialami Nabi Zakariya di dalam Surah Maryam. Ia sangat berhasrat memiliki anak. Ia tak pernah berhenti berdoa meskipun usianya sudah tua dan isterinya juga demikian. Sebagai wujud tanda syukur dan sekaligus nazar sekiranya ia berhasil dikaruniai anak maka ia akan berpuasa biara selama tiga hari, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: “Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda”. Tuhan berfirman: “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat”. (Q.S. Maryam/19:10). Akhirnya doanya dikabulkan dan Nabi Zakariya pun menunaikan nazarnya dengan berpuasa bicara.

Baca juga : Kalian Mau Ke Mana?

Diam atau puasa bicara bukan pekerjaan mudah bagi orang normal. Namun Allah SWT selalu mengingatkan kita agar hati-hati soal bicara, sebagaimana firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”. (QS. Al-Ahzab/33:70). Dalam hadis Nabi disebutkan: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasulunya maka hendaklah ia mengatakan yang benar atau lebih baik diam”. Nabi juga mengingatkan kita: “Sesungguhnya dosa yang paling banyak dilakukan oleh anak cucu Adam adalah pada lidahnya”. “Musibah itu terwakili melalui ucapan”. “Sesungguhnya dosa yang paling banyak dilakukan oleh anak cucu Adam adalah pada lidahnya”. “Barangsiapa yang banyak bicara, banyak juga kekeliruannya. Barangsiapa yang banyak kekeliruannya, banyak juga dosanya. Barangsiapa yang banyak dosanya, maka nerakalah yang paling tepat tempatnya”.

Baca juga : Meningkat Dari Tafakkur ke Tadzakkur

Di kalangan sufi ada yang pernah mengatakan bahwa diam adalah keselamatan dan itulah yang esensial, sedang bicara adalah bukan esensial. Orang-orang masih memperselisihkan, mana yang lebih utama antara diam dan bicara. Namun, yang lebih tepat adalah masing-masing antara diam dan bicara memiliki keutamaan dibandingkan dengan yang lain tergantung pada situasi dan kondisinya. Diam lebih utama dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu, dan pada situasi lain, justru bicara lebih utama, tergantung situasinya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.