Dark/Light Mode

Amran Berjuang Keras Tahan Impor Beras

Selasa, 5 Maret 2024 08:41 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka -
Oleh: Prof. Tjipta Lesmana
Pengamat Ketahanan Pangan

Kembalinya Dr. Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian pada 25 Oktober 2023 mengejutkan banyak pihak. Ketika Amran tidak diangkat lagi menjadi menteri di periode kedua pemerintahan Jokowi, satu pertanyaan mencuat: apakah Amran gagal menjalankan tugas sebagai Menteri Pertanian sebelumnya? Apakah dia gagal menahan impor yang menjadi salah satu tugas pokok yang dibebankan Presiden Jokowi kepada Amran?

Baca juga : Mekanisme Teknologi Pertanian

Tugas pokok itu tidak lain: tahan impor beras, ikutilah Langkah yang dicapai Orde Baru, yaitu mencapai swasembaca beras sehingga Presiden Soeharto dianugerahi penghargaan dari FAO. Pertanyaan ini sulit dijawab setelah Kementerian Pertanian diguncang oleh kasus korupsi raksasa yang melibatkan Menterinya sekaligus, yakni Syahrul Yasin Limpo. Begitu banyak petinggi Kementan yang jadi korban tindakan kotor sang Menteri. Hampir semua petinggi instansi itu yang hendak naik jabatan dimintai duit; kalau tidak, jangan bermimpi bisa naik jabatan. Sekitar 70-80% petinggi Kementan terlibat dalam permainan kotor, sehingga tatkala Amran menjabat kembali, dia harus susah-payah melakukan screening atau fit-and-proper test yang super ketat untuk mendapatkan pejabat-pejabat baru yang diyakini “relatif bersih”.

Kepada penulis, Amran geleng-geleng kepala menggambarkan tugas baru yang diemban dari Presiden Jokowi: Saya “dihantam” dari dalam dan luar. Dari dalam, saya harus membangun kembali “pasukan” yang baru di Kementan, yang bersih dan professional. Keluar kami terus dihantam oleh Elnino yang enggak tahu sampai kapan berakhirnya. Dua hambatan serius ini tentu menghambat tugas pokok kami yang dibebankan oleh Jokowi: tahan impor beras atau ciptakan impian kita sejak semula: swasembada beras.

Baca juga : Firli Dan Rusaknya Pemberantasan Korupsi

Tugas berat ini diemban Amran dalam situasi politik dan ekonomi yang kurang mendukung pula. Sejak dua bulan terakhir, harga-harga pangan di Indonesia, termasuk beras, mengalami kenaikan substansial. Tentu, kenyataan ini harus secepatnya ditahan. Bukan rahasia lagi: jika harga pangan terus meninggi, politik bisa gonjang-ganjing, atau bisa “dimainkan” oleh pihak-pihak tertentu yang memang ingin menggoyang pemerintah. Venezuela, misalnya, negara kaya, negara pengekspor minyak terbesar di Amerika Tengah, tapi karena ekonominya “tidak karuan”, terutama karena korupsinya yang luar biasa, pemerintahnya terus gonjang-ganjing, sehingga presidennya nyaris jatuh dari tahta kekuasaan.

Di negara kita, jatuhnya Orde Baru pada 1998 juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, disamping politik. Demo-demo yang mengguncang kekuasaan Orde Baru, terutama disebabkan oleh semakin banyak rakyat yang kelaparan disamping kelompok-kelompok politik yang bernafsu mendepak Orde Baru. Dan mereka berhasil merontokkan kekuasaan Pak Harto pada Mei 1998.

Baca juga : Melonjaknya Wabah Korupsi Di Indonesia

Amran, menurut hemat kami, tentu paham sekali dengan situasi polotik, ekonomi dan kemiskinan yang melanda negara kita dewasa ini. Toh, Amran yang memang ahli pertanian dan kaya akan pengalaman di bidang pertanian, sudah berihtiar dengan sekuat tenaga, dibantu oleh kelompok ahlinya yang diperoleh berdasarkan fit-and-proper test yang ketat.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.