Dark/Light Mode

Ujian Pertama Prabowo: Diplomasi Di AS

Kamis, 31 Oktober 2019 07:05 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam waktu dekat, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto akan terbang ke Washington untuk memenuhi undangan resmi pemerintah Amerika, terutama Pejabat Menteri Pertahanan AS, Patrick Michael Shanahan. Ini kunjungan ke AS pertama bagi Prabowo setelah resmi menjabat Menteri Pertahanan. Undangan Washington sekaligus menandakan pentingnya Indonesia di mata AS, khususnya dari aspek militer dan pertahanan.

Indonesia dan AS memang memiliki hubungan bilateral yang cukup mesra sejak kita merdeka meski kadang diwarnai “up-and-down” juga. Dari segala aspek, negara kita sesungguhnya selalu dilirik oleh mancanegara, apalagi negara-negara adidaya. Letak geografis yang begitu strategis di asia Tenggara dan diapit oleh 2 (dua) samudera; sumber daya alam yang sangat kaya, jumlah penduduk sebanyak 270 juta jiwa, keanggotaan di berbagai organisasi penting internasional seperti APEC, G20, ASEAN, OKI, anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Organisasi Hak asasi manusia PBB dan lain-lain yang memberikan status penting bagi Indonesia di panggung internasional.

Baca juga : Jokowi Membuat Terobosan Dalam Kabinet Baru

Dalam konteks perang dagang AS versus RRT serta situasi kian memanas di laut Tiongkok Selatan, kedudukan Indonesia tambah penting di mata Washington, Beijing dan Moskow. Semua negara besar ingin sekali meningkatkan terus hubungan bilateralnya dengan negara kita. Sebagai menteri yang menduduki jabatan begitu strategis, nama Prabowo Subianto sebentar lagi pasti akan menjulang tinggi di panggung internasional. Sejumlah pimpinan berbagai negara dipastikan mengharapkan pertemuan secepatnya dengan Prabowo untuk membahas peningkatan hubungan bilateral (bahasa diplomatik). Di amerika, tidak mustahil Presiden Donald Trump pun akan menerima kunjungan Prabowo.

Pemerintah Donald Trump mempunyai banyak alasan kenapa mereka mengharapkan kedatangan Menhan Indonesia secepatnya.

Baca juga : Amandemen UUD 1945, Untuk Apa?

Pertama, diakui atau tidak, Amerika tidak happy melihat hubungan RI-RRT yang semakin mesra, terutama dari aspek ekonomi. Dalam pemerintahan Jokowi memang terdapat 2-3 menteri yang bisa diidentifisir sangat condong ke Beijing. Banyak proyek besar yang dibiayai oleh dana pinjaman dari Tiongkok, termasuk kereta cepat Jakarta-Bandung. Entah sudah berapa banyak utang pemerintah kita kepada Tiongkok. Bahkan RRT dengan cepat menyatakan siap membantu pemerintah Jokowi merealisir proyek raksasa pindah Ibukota. Sebaliknya, Prabowo tampaknya tidak begitu happy menyaksikan semakin dekatnya Jakarta ke Beijing. Hal ini bisa dikaji dari beberapa pernyataan Prabowo dalam kampanye pemilu yang lalu. Namun, setelah masuk kabinet dengan kedudukan yang begitu strategis, Prabowo tentu harus bersikap akomodatif, dalam arti menghormati segala kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah Jokowi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.