Dark/Light Mode

Living Qur`an (17)

Allah: A God dan The God (1)

Kamis, 28 Maret 2024 06:25 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Yang dimaksud ”Allah is A God” dalam tulisan ini ialah personifikasi Tuhan (personal God), yaitu Allah SWT yang telah memperkenalkan di­ri-Nya sebagai pribadi (as a Person) yang tak bisa dibandingkan dengan apapun dan siapapun, sebagaima­na ditegaskan dalam ayat: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa den­gan Dia” (Q.S. Al-Syura/42:11).

Dalam ayat lain dipertegas lagi: “Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari se­mesta alam” (Q.S. Ali ‘Imran/3:97). Sedangkan ”Allah is The God” ialah Tuhan Maha Meliputi (al-Muhith) segala sesuatu (impersonal God), sebagaimana Ia memperkenalkan diri-Nya di dalam beberapa ayat, antara lain: “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hadid/57:4), “Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”. (Q.S. Qaf/50:16), dan “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah”. (Q.S. Al-Baqarah/2:115).

Allah SWT sebagai “Personal God” dan ” Inpersonal God” dapat dihubungkan dengan konsep al-tanzih (incomparability) dan al-tasybih (similarity).

Baca juga : Menghayati Nama Allah, Rab, Ilah, Dan Asma’ al-Husna (2)

Kedua terminologi ini menjadi sangat mendasar karena mempengaruhi suasana batin dan etos kerja seorang muslim. Konsep ini juga menjadi salahsatu pangkal perbedaan mendasar antara para mutakallimin/teolog dan para sufi. Secara kebahasaan tanzih berarti jauh dan tasybih berarti menyerupai.

Wacana Tuhan sebagai A God dan The God sebetulnya muncul juga sebagai suatu perdebatan konseptual di dalam aama-agama lain. Dalam agama Hindu, sebuah agama yang jauh lebih tua dari pada agama Islam, juga dikenal aliran Advita Vedanta (non-duality) yang menganggap Tuhan memiliki privasi dan distinktifnya sendiri, dan aliran Dwita Wedanta yang mengako­modir faham dualitas, yakni adanya Brahma Saguna yang memiliki entitas sendiri sesuai dengan kapasitasnya sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa, dan Brahma Nirguna yang tidak memiliki entitas dan privasi sendiri, melainkan menyebar di mana-mana. Konsep ini mengingatkan kita kepada konsep jau­har dan ’aradl di dalam teologi Islam.

Dalam Taoisme juga muncul wa­cana serupa, yang sering disimbolkan dengan Yan dan Yin. Demikian pula dalam tradisi Zohar dalam agama Yahudi, yang lebih dikenal dengan Ein Sof dan Sefirot. Hanya Keberadaan Brahma Yang Mutlak, dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Advaita Vedanta yang berarti “tak ada duanya”. Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya.

Baca juga : Menghayati Nama Allah, Rab, Ilah, Dan Asma’ al-Husna (1)

Dalam konsep Advaita Vedanta mengang­gap Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahma. Hanya Brahma yang dapat disebut Sat (existence or truth), artinya hanya Brahma yang demikian keberadaan, dan Ananda (Bliss).

Di luar Brahma keadaannya adalah a-sat (consciousness), artinya bukan kebe­radaan yang ada secara kekal. Namun di dalam pengalaman hidup sehari-hari dunia kelihatannya benar-benar nyata, yang dapat dilihat dan diamati. Ajaran Advaita dari Sankara menegaskan sifat transenden dari Brahma yang tiada dua-Nya dan juga dualisme daripada alam semesta termasuk Isvara yang memerintahnya. Yang nyata adalah Brahma atau Atma.

Wacana dalam agama Hindu di atas mengingatkankita kepada kon­sep Tanzih (dari kata nazzaha berarti menjauh, berjarak, dan membersihkan), sebuah istilah yang sering di­gunakan untuk menggambarkan bahwa Tuhan dan makhluk-Nya amat jauh dan tak terbandingkan (uncomparable). Tuhan tak dapat digambarkan dan dibandingkan dengan makhluk-Nya. Ia berbeda secara mutlak dengan makhluk-Nya dan tidak ada kata sifat yang mampu melukiskan-Nya. Sedangkan tasybih (dari kata syabbaha berarti menyeru­pakan) yakni menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Baca juga : Mempromosikan Khairah Ummah

Tasybih adalah istilah yang digunakan un­tuk menggambarkan bahwa Tuhan mempunyai kemiripan dengan alam sebagai makhluk-Nya karena alam adalah lokus penampakan (madhhar) diri-Nya. Dengan kata lain, alam (secara harfiah berarti tanda) adalah ayat untuk mengungkap identitas Tuhan. Bersambung...

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 5, edisi Kamis, 28 Maret 2024 dengan judul "Living Qur’an (17), Allah: A God dan The God (1)"

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.