Dark/Light Mode

Living Qur`an (18)

Allah: A God Dan The God (2)

Sabtu, 30 Maret 2024 05:50 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Kalangan teolog (mutakallimin) lebih sering menekankan Tuhan se­bagai A God, sebagai konsekwensi dari pemahaman ontologisnya yang menekankan aspek ketakterbandingan (tanzih/incomparability) Tuhan den­gan makhluk-Nya. Bahkan di antara mereka ada yang mengatakan siapa yang mengimajinasikan keserupaan Tuhan dengan makhluknya maka ia musyrik.

Bagi para teolog, Tuhan harus berbeda dengan makhluk karena Ia mau disebut Tuhan. Sebaliknya makhluk tidak boleh dan memang tidak akan pernah mungkin menyerupai Tuhannya. Tuhan harus A God, Sosok Sang Maha Pencipta yang tidak me­miliki keserupaan atau dihubungkan secara substansial dengan makhluk-Nya.

Mengasumsikan Tuhan sebagai The God, dalam arti Ia bermanifestasi pada setiap makhluk, dengan kata lain alam adalah locus manifestation of The God, sebagaimana dipersep­sikan kalangan teosofi, tidak bisa dibenarkan.

Baca juga : Allah: A God dan The God (1)

Jika diasumsikan Tuhan bermanifestasi (tajassud) terhadap alam, se­mentara alam ini baharu, maka dengan sendirinya Tuhan pun akan terpengaruh atau tereduksi dengan kebaharuan alam semesta.

Lagi pula, jika diasumsikan alam semesta ber-tajassud pada alam semesta maka sudah barang tentu akan terjadi keabadian ganda (al-ta’addud al-qudama’/double eternity), dan ini tidak mungkin terjadi. Para teolog mendasarkan pandangan mereka pada sejumlah ayat dan hadis di samping logika.

Mereka sering mengutip ayat antara lain: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia” (Q.S. al-Syura/42:11). Demikian pula Tuhan menjadi tumpuan kosmos dan seluruh makhluk, “Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (Q.S. Ali ‘Imran/3:97).

Baca juga : Menghayati Nama Allah, Rab, Ilah, Dan Asma’ al-Husna (2)

Para teolog sejak semula tidak pernah membayangkan Tuhan se­rupa dengan makhluk-Nya. Bagimana Tuhan bisa disebut Tuhan kalau tidak lebih Maha Istimewa dibanding dengan makhluk-Nya? Pokoknya, Tuhan harus berbeda dengan makhluk-Nya dan tidak mempunyai hubungan apa­pun, apalagi mempunyai ketergantun­gan dengan makhluk-Nya yang bersi­fat baharu.

Seandainya semua manusia kufur atau semuanya berprilaku iblis maka tidak akan menurunkan kewibawaan dan kemahasempur­naan Tuhan. Sebaliknya seandainya manusia semuanya berprilaku ideal seperti malaikat maka tidak juga akan menambah kewibawaan dan kesempurnaan Tuhan. Tuhan adalah Maha Sempurna tanpa ketergantungan se­dikitpun dengan makhluknya.

Para teolog lebih menekankan aspek transendensi Tuhan. Ia seolah-olah jauh dari keterjangkauan manusia dan seluruh makhluk-Nya. Ia tak pernah terbayangkan zat dan substansi dirinya. Pikiran dan memori manusia samasekali tidak mampu manampung Tuhan dalam diri manusia. Bukan Tuhan kikir untuk tidak mau mem­perkenalkan diri-Nya kepada manusia tetapi seperti kata penyair Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi-nya: “Apa arti sebuah cangkir untuk menampung air samudera”.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.