Dark/Light Mode

Living Qur`an (22)

Berkepribadian Tawadhu`

Kamis, 4 April 2024 06:00 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Salah satu kepribadian yang dituntunkan Al-Qur’an ialah tawadhu’ atau rendah diri. Hal ini dicontohkan dalam pribadi Nabi Muhammad SAW. Meskipun ia sebagai Nabi, Rasul, Kepala Negara, Panglima Angkatan Perang, dan berbagai jabatan penting lain yang disandangnya, tetapi tetap menunjukkan ketawadhuannya yang luar biasa.

Disebutkan dalam ber­bagai riwayat, Ia sering menjenguk orang-orang sakit, mengiringi jena­zah, memenuhi undangan tanpa mem­beda-bedakan kelasnya, mengendarai keledai yang hidungnya sudah diikat dengan tali yang terbuat dari sabut, dan mengalasi pelananya yang juga terbuat dari sabut, memberi makan unta dan kambing, menyapu lantai rumah, memperbaiki sandal, menambal baju, makan bersama pembantu, dan membantunya menggiling gandum jika pembantunya lelah, membawa sendiri barang-barang keperluannya dari pasar ke rumahnya, berjabat tangan dengan orang kaya dan miskin, mendahului keduanya memberi salam, tidak pernah mencela makanan yang telah dihidangkan kepadanya walaupun hanya berupa kurma ke­ring, sangat sederhana, lemah lembut dalam berperilaku, mulia dalam bersikap, baik dalam bergaul, wa­jahnya bercahaya, tersenyum tanpa tertawa, sedih tanpa cemberut, berhati lembut dan kasih sayang terhadap sesama muslim, tidak pernah mem­perlihatkan tanda-tanda telah makan kenyang, dan juga tidak pernah men­gulurkan tangan dengan rakus.

Baca juga : Berkepribadian Istiqamah

Bukan hanya Nabi tetapi sahabat senior seperti Umar bin Khattab ra juga melakukan hal yang sama. Ia biasa memikul sendiri qirbah, tem­pat air minumnya. Lalu ada orang berkata kepadanya: “Wahai Amirul mu’minin, hal ini tidak pantas dilaku­kan bagi Amir al-Mu’minin.” Umar menjawab: “Ketika utusan orang-orang Islam datang kepadaku dengan penuh semangat mendengar dan taat kepadaku, terbetik dalam hatiku rasa kekaguman, maka aku lebih senang menghancurkannya.

Tawadhu ialah meletakkan diri di tempat yang sederhana, kalau perlu di tempat yang paling rendah tanpa pernah memikirkan status diri kita. Adapun tawadhu’ dalam perspektif ahli hakekat ialah pasrah kepada kebenaran dan tidak ber­paling dari ketentuan hukum. Ada juga yang mengatakan, tawadhu’ adalah tunduk kepada kebenaran dan menerima dari siapa pun, baik orang kaya, miskin, orang punya kedudukan, orang biasa, orang ter­pandang, ataupun orang rendahan.

Baca juga : Allah: Huwa la Huwa

Ibnu Abbas mengatakan, orang yang tawadhu’ adalah orang yang meminum bekas dan sisa air minum saudaranya. Diriwayatkan, bahwa pakaian yang dipakai Umar bin Abdul Aziz ketika berkhutbah di atas mimbar ditaksir hanya bernilai 12 dirham saja, yang terdiri atas jubah, baju, celana, surban, kopiah, sarung, dan sepasang sandal.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.