Dark/Light Mode

Berkaca Debatnya Bisma Vs Kresna

Senin, 14 Januari 2019 07:14 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka -  Salah satu keponakan di Los Angeles telepon semalam. Dia minta saran dan doa untuk debat program aplikasi yang dibuatnya di Universitas Stanford awal Februari mendatang.

Aplikasinya cukup menantang yaitu tentang teknologi pencegahan dini bencana alam tsunami di Palu Donggala. Hackathon merupakan ajang kompetisi para programmer dunia untuk melahirkan ide-ide baru dari berbagai kalangan perguruan tinggi di Amerika.

Rupanya teknologi pencegahan dini bencana alam tsunami menarik untuk dikembangkan. Saya menyarankan tiga hal sebelum maju debat. Pertama kuasai materi debat sebaik-baiknya, karena hakikat sebuah perdebatan untuk menguji keaslian ide dan materi. Yang kedua, tidak usah grogi dalam berdebat sebab debat merupakan marketing tool yang positif.

 Yang terakhir, kalau masih kurang yakin makanlah es krim. Dengan mensruput es krim akan meleleh ketegangan otaknya. “Apakah ada bocoran dan kisi-kisi pertanyaan debat, Mo?” celetuk Petruk ikut nimbrung. Romo Semar hanya mesem dan tidak berkomentar.

Baca juga : Kutukan Hoaks Prabu Rama

Tidaklah mungkin ada bocoran kisi-kisi pertanyaan untuk ajang debat keilmuan sekelas Universitas Stanford, pikir Romo Semar. Ingatan Semar justru melayang ke Kurusetra di mana saat perang Baratayuda baru saja dimulai.

Kocap kacarito, perang saudara antara Kurawa dan Pandawa baru saja dimulai. Perang dipicu oleh perebutan kekuasaan tahta kerajaan Hastina. Seharusnya perang bisa dicegah jika para Kurawa tidak ingkar janji dan bersedia mengembalikan separuh kerajaan Hastina.

Namun yang namanya tahta dan kekuasaan selalu membuat silau dan menggoda nafsu untuk terus berkuasa. Perang tidak saja melibatkan keluarga Pandawa dan Kurawa. Sekutu-sekutu kerajaan juga ikut berperang.
Kerajaan Wirata merupakan sekutu Pandawa dari jalur kakek moyang Pandu putra. Prabu Matswapati raja Wirata dari awal mendukung perang Baratayuda untuk merebut kembali hak-haknya para Pandawa atas kekuasaan Hastina.

Anak-anak Prabu Matswapati ikut berperang dan menjadi senopati Pandawa. Mereka adalah Resi Seta, Raden Wratsangka, dan Raden Utara. Kesaktian ketiga putra Wirata tersebut sudah teruji dan tidak diragukan lagi dalam peperangan. Ketiganya mampu mendobrak pertahanan Kurawa hingga kocar-kacir.

Baca juga : Aquaman Vs Antasena

Melihat pasukan Kurawa terdesak oleh sepak terjang senopati Wirata, Resi Bisma maju ke medan laga. Resi Bisma adalah kakek Pandawa dan Kurawa yang seharusnya paling berhak atas ahli waris kerajaan Hastina.

Karena tidak kawin dan tidak memiliki keturunan, Kerajaan Hastina jadi rebutan klan Kurawa dan Pandawa. Kesaktian Resi Bisma berhasil memukul mundur pasukan Pandawa yang dipimpin oleh Seta. Bahkan Resi Seto, Wratsangka, dan Utara ketiganya gugur oleh panah sakti milik Resi Bisma.

Melihat tiga senopati Pandawa gugur di medan laga, Kresna turun dari kereta dan melabrak Resi Bisma. Kresna sebagai botoh di pihak Pandawa hampir saja mengeluarkan senjata pamungkasnya yakni senjata Cakra untuk diarahkan ke dada Resi Bisma.

Akan tetapi Bisma memohon ampun kepada Kresna sebagai titising dewa perang Wisnu untuk berdialog. Terjadilah dialog dan debat cerdas antara Resi Bisma dan Kresna.Dalam debat keduanya sepakat, majunya Resi Bisma hanya untuk menjaga keseimbangan kekuatan perang antara Pandawa dan Kurawa. Kresna dan Bisma setuju, bahwa perang Baratayuda merupakan perang kebenaran melawan kebatilan.

Baca juga : Bukan Debat, Hanya Klarifikasi

Setelah kekuatan Wirata tumbang, Bisma harus mundur dari kancah perang Baratayuda. Dan yang bisa mengalahkan kesaktian Resi Bisma hanyalah senopati wanita yakni Dewi Srikandi. Kresna diminta memanggil Dewi Srikandi untuk maju sebagai senopati Pandawa untuk mengalahkan Resi Bisma.

“Itulah hebatnya perdebatan Kresna dan Bisma, Mo. Walaupun berseberangan secara politik, keduanya sepakat untuk melihat kepentingan yang lebih besar. Bukan kepentingan sesaat untuk berebut kekuasaan,” celetuk Petruk. “Betul Tole, dan debat yang berbobot selalu mengedepankan kebenaran dan kejujuran dalam adu program.
 Justru debat yang penuh dengan kepalsuan dan cenderung menyerang pribadi lawan akan terlihat kerdil dalam berpikir,” papar Semar. Sumonggo.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.