Dark/Light Mode

Menggapai Kesejukan Beragama (54)

Me-Universalkan Kearifan Lokal

Selasa, 3 Desember 2019 06:24 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Agama dan kearifan lokal sama-sama memerebutkan loyalitas masyarakat. Konsekwensi memilih suatu agama maka segenap ajaran agama itu harus diamalkan secara utuh. Pada saat bersamaan setiap orang hidup di dalam lingkungan sosial dengan seperangkat nilai di dalamnya.

Antara nilai agama yang bersifat universal seringkali berhadap-hadapan dengan nilai kearifan lokal yang bersifat spesifik. Jika kedua nilai tersebut dibiarkan berbenturan satu sama lain maka berpotensi mengganggu ketenangan di dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

Dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, para penganjur agama dan tokoh adat istiadat memegang peran penting untuk memaralelkan kedua sumber nilai ini.

Baca juga : Belajar Kearifanmas dari Walisongo (2)

Untungnya di dalam masyarakat In donesia, umumnya tokoh agama sekaligus juga sebagai tokoh adat, atau kedua-duanya berperang sebagai tokoh masyarakat.

Kadang-kadang jalan yang ditempuh untuk menyelesaikan ketegangan konseptual antara kedua nilai tersebut ialah jalan yang bersifat sementara dan tidak bersifat permanen, akhirnya ketegangan antara keduanya masih sering terbayang.

Sehubungan dengan ini, menarik untuk dikaji strategi dan diplomasi Walisongo di dalam menyelesaikan persoalan tersebut di atas. Para Wali yang tergabung di dalam Walisongo memiliki kearifan yang luar biasa.

Baca juga : Belajar Kearifan dari Walisongo

Seperti mereka kompak untuk mengendalikan diri dan menonjolkan kesabaran di dalam memperkenalkan nilai-nilai Islam di tengah kentalnya kearifan lokal. Mereka seringkali menampilkan peran ganda di dalam memperkenalkan Islam ideal untuk masyarakat nusantara.

Sebagai orang yang berasal dari Timur Tengah, yang juga sudah pasti juga memiliki paradigma budaya Arab atau Persia tetapi mereka merelakan diri tidak menonjolkan budayanya demi memelihara harmonisasi yang sudah mapan di dalam masyarakat.

Mereka sangat paham tidak bisa menolerir kebatilan sungguh pun sudah berfungsi untuk mewujudkan keharmonisan di dalam masyarakat. Akan tetapi mereka tetap menolerir buat sementara waktu hingga tiba saat yang tepat untuk menyampaikan ajaran aqidah Islam yang benar.

Baca juga : Ma Limo (2)

Kelihatannya perjuangan para Walisongo berisi penggalan-penggalan sinkretisme dan bid'ah tetapi kesemuanya itu dilakukan demi memelihara keutuhan di dalam masyarakat. Apa artinya memperjuangkan Al-Haq jika harus mengorbankan keharmonisan di dalam masyarakat. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.